Kegelapan menyelimuti segalanya. Tidak ada cahaya, tidak ada suara, tidak ada arah, tidak ada batas. Seolah-olah keberadaan itu sendiri telah menghilang dalam kehampaan yang tak berujung. Itulah yang dirasakan Seferce Alzamagh.
Ia tidak tahu bagaimana atau mengapa dirinya tetap ada. Ketika alam semesta ditelan oleh lubang hitam, semua makhluk, bintang, galaksi—bahkan ruang dan waktu—lenyap begitu saja. Tapi entah bagaimana, Seferce tetap ada, sepenuhnya sadar dalam kehampaan absolut.
Ia tidak dapat bergerak, tidak dapat bernafas, namun ia tidak mati. Tidak ada tubuh yang dapat ia rasakan, tidak ada udara yang harus dihirup. Ia hanya... ada.
Waktu kehilangan maknanya. Tidak ada siang, tidak ada malam. Tidak ada hari yang berlalu, tidak ada tahun yang berganti. Mungkin hanya sekejap sejak kehancuran, mungkin sudah miliaran tahun berlalu. Seferce tidak tahu. Ia hanya tahu bahwa ia tetap ada dalam sesuatu yang bahkan tidak dapat disebut sebagai kegelapan—karena di sini, cahaya tidak pernah ada untuk membentuk bayangan.
Saat Itu Seferce mencoba untuk tertidur dia menghilangkan kesadarannya dengan memikirkan kehampaan dalam pikirannya.
-----
Ketika ia akhirnya tertidur—jika itu bisa disebut tidur—ia bermimpi. Sebuah mimpi yang begitu panjang, begitu nyata, seolah-olah itu adalah satu-satunya kenyataan yang pernah ada. Dalam mimpi itu, ia bukanlah makhluk tanpa wujud di kehampaan, melainkan seorang anak bangsawan di dunia yang berbeda.
Dunia di mana monster dan iblis bukan sekadar legenda, di mana vampir hidup sebagai makhluk aristokrat yang dihormati dan ditakuti. Dan di sana, ia adalah seorang vampir bangsawan.
Ia terlahir sebagai anak dari keluarga vampir keturunan tertinggi. Tidak seperti vampir biasa yang berkulit pucat dan rentan terhadap cahaya, vampir bangsawan memiliki kulit seperti manusia, telinga yang hanya sedikit lebih panjang, dan kekuatan yang jauh melampaui para vampir lainnya. Seferce, khususnya, memiliki rambut putih keperakan yang berkilauan di bawah cahaya bulan, dan mata emas yang bercahaya bagaikan bintang. Namun, yang paling unik darinya adalah keberadaan empat pupil tambahan di samping atas dan bawah pupil utama matanya, masing-masing berwarna merah darah.
Seferce dibesarkan dengan kasih sayang dan harapan besar dari kedua orang tuanya. Mereka mendambakan ia menjadi penerus tahta keluarga, membawa nama mereka ke puncak kejayaan. Dalam dunia yang penuh monster, vampir, dan makhluk-makhluk kegelapan lainnya, ia adalah harapan besar bagi kaum vampir bangsawan.
Ketika akhirnya ia meninggalkan kediamannya untuk menjelajahi dunia luar, ia menemukan sesuatu yang aneh—semua makhluk, baik vampir biasa maupun monster lainnya, menghormatinya tanpa ragu. Mereka tidak tahu siapa dirinya sebenarnya. Mereka hanya melihatnya sebagai seorang bangsawan terhormat. Seferce menyadari bahwa dalam mimpi ini, ia tidak hanya eksis—ia memiliki peran, sebuah identitas yang diakui oleh dunia.
Tapi apakah ini benar-benar hanya mimpi? Atau apakah dunia yang ia tinggalkan—kekosongan tanpa akhir itu—yang sebenarnya adalah ilusi? Jika ia terjebak dalam kehampaan, mengapa ia bisa bermimpi? Dan jika ini adalah mimpi, mengapa semuanya terasa begitu nyata?
Dalam kebingungan dan kekaguman akan dunia yang ia alami, Seferce memulai perjalanan panjangnya. Sebuah perjalanan yang akan membawanya melintasi batas antara kenyataan dan ilusi, antara hidup dan mati, antara keberadaan dan ketiadaan.
Dan begitulah, petualangan Seferce di dalam mimpinya dimulai.
-----
— To be continued