Hujan deras mengguyur hutan Luminaria , membasahi tanah yang penuh dengan bekas pertempuran. Aroma darah masih kental di udara, bercampur dengan abu dari bangunan yang hancur. Di tengah reruntuhan desa yang telah musnah, dua sosok berjalan perlahan, mengamati sisa-sisa tragedi yang baru saja terjadi.
Mereka adalah Reinhardt dan Lyra, sepasang petualang kelas Diamond yang baru saja menyelesaikan misi memburu Behemoth Wraith—monster kelas bencana yang telah meluluhlantakkan tempat ini.
Namun, di antara puing-puing, sesuatu yang tidak terduga menarik perhatian mereka.
"…Rein, lihat ini."
Lyra berlutut di atas tanah yang menghitam, tatapannya tertuju pada sosok kecil di depannya—seorang bayi, terbaring tanpa menangis, matanya yang bercahaya menatap mereka dengan tenang. Tidak ada luka di tubuhnya, tidak ada goresan sedikit pun, seolah-olah api yang melahap desa ini memilih untuk tidak menyentuhnya.
Reinhardt mengerutkan kening. "Ini… mustahil."
"Seorang bayi? Di tengah kehancuran seperti ini?" Lyra menoleh ke arah Reinhardt, suaranya bergetar antara terkejut dan tidak percaya.
Reinhardt, yang telah menghadapi monster dan bahaya selama bertahun-tahun, merasakan sesuatu yang aneh dari anak ini. Aura yang menyelimutinya… bukan sesuatu yang biasa.
"Bagaimana dia bisa bertahan…?" Reinhardt bergumam, setengah tidak percaya.
Lyra menghela napas, jemarinya menyentuh pipi bayi itu dengan lembut. "Apakah mungkin… ada seseorang yang sengaja meninggalkannya di sini?"
"Atau mungkin dia memang bukan anak biasa," Reinhardt menambahkan dengan nada serius. Matanya menajam, seolah mencoba membaca rahasia yang tersembunyi di balik bayi itu.
Hening sejenak. Hanya suara hujan yang terdengar.
Lyra menatap suaminya, lalu bayi itu. Ia menggigit bibirnya ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, "Kita tidak bisa meninggalkannya di sini, Rein."
Reinhardt menatapnya dalam diam. "Dan kenapa tidak?"
"Dia hanya seorang bayi!" Lyra mendelik. "Kau ingin meninggalkannya begitu saja di tempat ini?"
Reinhardt menghela napas dalam, ekspresinya tetap tenang. "Kita tidak tahu siapa dia. Bisa saja dia bukan manusia biasa. Bisa saja dia malah membawa bencana lebih besar dari Behemoth Wraith."
Lyra terdiam, menggigit bibirnya. Ia tahu Reinhardt punya alasan kuat untuk mencurigai anak ini. Namun, baginya, meninggalkan bayi tak berdaya seperti ini bukanlah pilihan.
"Aku tidak peduli," Lyra akhirnya berkata, suaranya penuh ketegasan. "Aku tidak akan meninggalkan seorang bayi sendirian di tempat ini."
Reinhardt menatapnya lama, lalu menghela napas. "…Kau yakin?"
"Ya."
"…Baiklah." Akhirnya, Reinhardt menyerah dan mengangkat bayi itu dalam pelukannya. "Kalau terjadi sesuatu, aku harap kau siap menghadapi konsekuensinya."
—
Beberapa jam kemudian, mereka tiba di rumah kayu sederhana mereka, tersembunyi di pinggiran kota Eldoria.
Lyra menyalakan perapian, menghangatkan bayi itu dengan selimut tebal, sementara Reinhardt duduk di kursi kayu, menatapnya dalam diam.
"Dia tenang sekali," Lyra berkomentar, sedikit terkejut. "Biasanya bayi akan menangis, apalagi setelah mengalami sesuatu seperti ini."
Reinhardt tetap diam, matanya tidak lepas dari bayi itu. "Itulah yang membuatku khawatir."
Lyra menoleh padanya. "Rein, dia hanya seorang anak. Jangan langsung berpikir yang tidak-tidak."
"Itu yang membuatnya semakin aneh." Reinhardt menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas. "Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Lyra menatap bayi itu dengan lembut. "Kita sudah sepakat untuk membawanya. Tapi… kita belum punya nama untuknya."
Reinhardt terdiam, lalu menatap istrinya dengan mata penuh tanya. "Kau sudah punya ide?"
Lyra tersenyum kecil, menatap bayi yang kini tertidur nyenyak di pelukannya. "Bagaimana kalau kita menamainya… Azrael?"
Reinhardt mengangkat alis. "Azrael, ya?"
Lyra mengangguk. "Dulu aku pernah membaca legenda tentang seorang dewa perang yang jatuh dari langit, membawa kehancuran, tapi juga harapan. Aku merasa… nama itu cocok untuknya."
Reinhardt terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Azrael… Nama yang bagus."
Malam itu, di bawah cahaya api yang berpendar hangat, seorang anak tanpa nama akhirnya diberi identitasnya—sebuah nama yang kelak akan mengguncang dunia.