Cherreads

Chapter 2 - sihir pertama?

Musim semi telah tiba, membawa hawa sejuk yang menyelimuti Desa Eldoria. Di antara rumah-rumah kayu dan ladang yang mulai menghijau, para warga sibuk dengan kegiatan mereka. Anak-anak berlarian, para pedagang sibuk menawarkan dagangan, dan suara palu dari bengkel pandai besi menggema di udara.

Di halaman belakang rumahnya, Lyra berdiri dengan tangan terangkat, mengendalikan bola api kecil yang melayang di udara. Azrael, yang kini berusia sekitar enam tahun, duduk di sudut, memperhatikan dengan mata berbinar.

"Jadi begini cara Ibu menggunakan sihir..." gumamnya pelan.

Bola api di tangan Lyra berputar perlahan sebelum akhirnya menghilang. Ia menghela napas dan menyeka keringat di dahinya. Tak menyadari bahwa putranya telah menyerap setiap gerakannya dengan penuh perhatian.

Saat Lyra kembali berlatih, Azrael bangkit perlahan dan masuk ke dalam rumah. Rasa penasaran memenuhi benaknya.

'Kalau Ibu bisa, aku juga pasti bisa...'

---

Merasakan Mana untuk Pertama Kali

Begitu sampai di kamarnya, Azrael duduk bersila di lantai, mencoba mengingat bagaimana Lyra mengendalikan sihirnya. Ia menutup mata dan mengambil napas dalam.

'Aku harus merasakan mana di sekitarku...'

Ia memusatkan pikirannya, mencoba menangkap sesuatu di udara. Awalnya, tak ada yang terjadi. Namun, perlahan-lahan, ia mulai merasakan sesuatu—aliran energi yang samar, mengalir di sekelilingnya dan juga di dalam tubuhnya.

'Ini dia...'

Namun, saat ia mencoba menarik energi itu ke dalam tubuhnya, rasa sakit tiba-tiba menjalar dari dalam dirinya. Seolah ada sesuatu yang membakar dari dalam.

"Ugh...!"

Azrael menggertakkan giginya, merasakan tubuhnya panas dan berdenyut. Keringat mengalir di dahinya, napasnya memburu. Sensasi ini terlalu intens untuknya, seperti ada arus kuat yang mengalir tanpa kendali.

Namun, ia tidak menyerah.

'Aku harus menguasainya...!'

Dengan usaha keras, ia mencoba menyesuaikan diri dengan rasa sakit itu. Beberapa menit berlalu, dan perlahan, rasa sakit mulai mereda. Ia mulai bisa merasakan mana dengan lebih jelas.

'Aku berhasil... Aku bisa merasakannya...!'

Wajahnya berseri, matanya berbinar penuh semangat. Namun, ia belum puas hanya dengan merasakannya. Ia ingin melakukan lebih.

---

Percobaan Sihir Pertama

Mengingat bagaimana Lyra menggunakan sihir api, Azrael bangkit dan dengan penuh keyakinan menyelinap ke kamar ibunya. Ia tahu Lyra memiliki buku sihir, dan ia ingin belajar darinya.

Begitu menemukan buku bersampul merah dengan lambang api, ia segera kembali ke kamarnya dan membukanya dengan penuh antusias. Ia membaca beberapa halaman, mencoba memahami prinsip dasar sihir api.

'Bayangkan nyala api... Rasakan mana dalam tubuh... Salurkan keluar...'

Ia menarik napas dalam dan mengangkat telapak tangannya.

'Aku bisa melakukannya...!'

Azrael mulai menyalurkan mana ke telapak tangannya. Namun, ia tidak menyadari satu hal—ia masih belum bisa mengontrol jumlah mana yang digunakan.

Tiba-tiba, bola api muncul di tangannya, tetapi ukurannya jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Panasnya menyengat, dan api itu mulai bergetar liar.

"Ugh...! Kenapa... sulit dikendalikan?!"

Bola api terus membesar, mengeluarkan suara gemuruh kecil. Keringat membanjiri tubuhnya, hawa panas memenuhi ruangan.

"Tidak...! Aku harus mengontrolnya!"

Azrael mencoba menahan arus mana, tetapi bola api itu semakin tak terkendali. Seolah-olah ia telah menyalurkan terlalu banyak energi, dan kini sihir itu siap meledak kapan saja.

'Kalau begini terus...'

BOOM!

Ledakan kecil mengguncang kamar, menghancurkan sebagian dinding dan mengirimkan Azrael terlempar ke belakang. Asap memenuhi ruangan, dan hawa panas masih tersisa di udara.

---

Rein Menemukan Rahasianya

Rein, yang sedang beristirahat di ruang tengah, langsung berlari ke arah kamar Azrael begitu mendengar suara ledakan. Ia membuka pintu dengan kasar dan matanya melebar melihat keadaan kamar yang porak-poranda.

"Azrael?!"

Di tengah asap dan puing-puing, ia menemukan putranya tergeletak di lantai, napasnya tersengal-sengal. Rein segera berlutut dan mengangkat tubuh Azrael dengan hati-hati.

"Azrael! Bangun, Nak!"

Azrael perlahan membuka matanya, tubuhnya masih terasa lemas. Ia menatap ayahnya dengan ekspresi campuran antara rasa bangga dan rasa bersalah.

"Aku... aku hanya ingin mencoba seperti Ibu..." suaranya lemah.

Rein menghela napas panjang, lalu menatap buku sihir yang terbuka di lantai. Wajahnya berubah serius.

'Jadi dia sudah bisa merasakan mana... dan mencoba sihir sendiri?'

Saat itu, Lyra bergegas masuk, matanya membelalak melihat ruangan yang berantakan.

"Apa yang terjadi di sini?!"

Azrael menelan ludah, lalu mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara.

"Aku... melihat Ibu berlatih sihir... lalu aku penasaran... aku ingin mencoba sendiri..."

Lyra menatapnya dengan ekspresi sulit dijelaskan—antara terkejut, khawatir, dan bangga.

"Kau... sudah bisa merasakan mana sendiri?"

Azrael mengangguk pelan. "Tapi... aku memasukkan terlalu banyak mana, dan aku tidak bisa mengendalikannya..."

Rein dan Lyra saling bertukar pandang. Rein menghela napas panjang sebelum akhirnya tersenyum tipis.

"Setidaknya, kau jujur."

Lyra berjongkok di depan Azrael, mengusap rambutnya dengan lembut. "Sayang, kau memang berbakat... tapi kau tidak bisa melakukannya sendirian. Jika kau ingin belajar sihir, kau harus melakukannya dengan bimbingan."

Azrael mengangguk lemah. "Jadi... kalian akan mengajariku?"

Rein tertawa kecil. "Tentu saja. Tapi untuk sekarang, kau butuh istirahat."

Azrael tersenyum kecil sebelum akhirnya kembali terlelap dalam pelukan ayahnya

More Chapters