Cherreads

Chapter 3 - adaptasi

Setelah insiden ledakan yang merusak hampir seluruh kamarnya, Azrael tidak berhenti di situ. Walau Rein sempat melarang, Azrael tetap ingin melanjutkan latihannya. Ia sadar jika hanya mengandalkan kemampuannya saat ini, dia tidak akan bisa melindungi siapa pun.

Beberapa hari setelahnya, Azrael memulai latihan fisik yang berat. Sejak fajar hingga senja, ia mengikuti semua arahan Rein, mulai dari latihan lari, push-up, hingga latihan ketahanan tubuh. Namun, tubuh Azrael yang masih kecil belum mampu menahan beban latihan yang berat. Beberapa kali Azrael bahkan jatuh pingsan di tengah latihan.

"Azrael! Bertahanlah!" Rein panik saat melihat anaknya pingsan untuk kesekian kalinya.

Warga desa yang melihat dari kejauhan pun ikut khawatir. Seorang lelaki tua bernama Garon, seorang pandai besi desa, berkomentar, "Anak itu... terlalu memaksakan diri."

Seorang wanita muda bernama Mira, penjaga kebun herbal, juga ikut menatap prihatin. "Tapi matanya tidak menyerah, Pak Garon... Dia pasti punya alasan."

Setelah dua hari beristirahat, berkat bantuan Lyra dan ramuan dari Mira, Azrael pulih sepenuhnya dan bersikeras melanjutkan latihannya. Dia tidak hanya berlatih fisik, tetapi juga mulai mempelajari teknik pedang dasar dari Rein, serta mencoba mengendalikan mana untuk sihir.

Meski Azrael mengalami kesulitan mengontrol mana-nya, Rein tetap sabar membimbingnya. Kadang Rein tersenyum kecil saat melihat Azrael pingsan karena kelelahan namun tetap bangkit esok harinya.

Suatu hari, setelah dirasa cukup kuat, Azrael diajak Rein ke hutan untuk berburu sebagai ujian pertama.

"Azrael, ini adalah pelatihan terakhir untuk minggu ini. Hari ini kita akan berburu. Ini pisau pertamamu," Rein menyerahkan sebuah pisau kecil namun tajam kepada Azrael.

Azrael menatapnya dengan serius. "Baik, Ayah."

Mereka berjalan menyusuri hutan. Beberapa warga desa seperti Garon dan Mira yang kebetulan berada di pinggir hutan hanya bisa mengangguk saat melihat Azrael dengan semangat membawa pisau kecilnya.

Tak lama kemudian, Azrael menemukan seekor babi hutan liar yang mengamuk. Ukurannya besar dan memiliki taring panjang.

Azrael mengambil posisi, mencoba mengingat semua yang dia pelajari. Namun, babi hutan itu langsung menyerang dengan brutal. Azrael menghindar, namun tetap terkena goresan di bahunya.

"Ugh...!" Azrael menahan sakit. Ia mencoba melawan dengan pisau, namun tubuhnya terpental akibat serudukan babi hutan itu.

Babi hutan itu terus menyerang dengan brutal. Azrael berusaha keras menghindari setiap serangan, sesekali membalas dengan tebasan pisau, namun tak cukup efektif.

Dalam kondisi terdesak, Azrael teringat pada latihan sihir apinya. Dengan napas terengah-engah, dia memfokuskan mana ke tangan, menciptakan api kecil. Tapi api biasa tak cukup.

"Harus... lebih...!" gumam Azrael.

Azrael mulai mencoba variasi, memadatkan api menjadi bentuk kecil namun lebih padat dan panas. Dengan pengendalian yang dipaksakan, ia berhasil membentuk bola api pekat.

Babi hutan menyerang sekali lagi. Azrael melompat ke samping, lalu melempar bola api tepat ke mata babi hutan.

BOOM!

Ledakan kecil tapi akurat membuat babi hutan mengamuk, namun matanya kini buta sebelah.

Azrael tersenyum tipis, namun tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.

Belum puas, ia mencoba sesuatu yang lebih sulit—membentuk dua bola api dalam satu tangan. Mengendalikan dua bola api sekaligus bukanlah hal yang mudah, bahkan untuk penyihir berpengalaman. Saat mencoba menyeimbangkan keduanya, kepalanya mulai berdenyut kencang.

"Sial... pengendalian sihirnya... terlalu sulit...!" Azrael merasakan tekanan luar biasa saat harus mempertahankan kestabilan kedua bola api itu. Matanya bergetar, tangannya gemetar.

Babi hutan kembali menyerang, mengabaikan rasa sakitnya. Dengan sisa tenaga, Azrael mengombinasikan kedua bola api itu, lalu melemparkannya ke arah kepala babi hutan.

Ledakan besar terjadi, membuat tanah di sekitar mereka bergetar. Babi hutan itu terdorong ke belakang, tubuhnya penuh luka bakar.

Namun, Azrael juga terhuyung, kepalanya berputar karena penggunaan mana yang berlebihan.

"Belum... selesai..." dengan sisa tenaga, dia kembali menciptakan api tipis yang membalut pisaunya, lalu menebas leher babi hutan dengan kekuatan penuh.

Babi hutan roboh. Azrael menang, tapi tubuhnya limbung.

"...Aku menang."

Azrael jatuh pingsan di tempat.

Beberapa saat kemudian, Rein yang mengawasi dari kejauhan langsung berlari ke arah Azrael.

"Azrael!" Rein segera memeriksa kondisi anaknya.

Bersamaan dengan itu, Mira dan Garon yang kebetulan lewat di dekat hutan juga datang.

"Cepat! Bawa dia ke desa!" teriak Mira.

Garon mengangguk dan membantu Rein mengangkat Azrael.

Azrael akhirnya dibawa kembali ke desa Eldoria untuk dirawat.

More Chapters