Cherreads

Chapter 7 - Bab 7: Pertemuan

Malam semakin larut ketika Lixs mengajak teman-temannya menuju suatu tempat yang tidak mereka ketahui. Langkah mereka menyusuri jalan setapak yang diterangi cahaya remang-remang dari lampu jalan.

Kaiden yang sejak tadi penasaran akhirnya angkat bicara, "Kalau kamu mau mengajak kita ke suatu tempat, sebaiknya kamu kasih tahu dulu dong tujuannya. Kita semua jadi penasaran!"

Lixs tersenyum tipis. "Baiklah, aku akan beritahu. Sebenarnya, aku ingin mengajak kalian bertemu dengan seseorang yang sangat baik. Dia sudah tinggal bersamaku selama sepuluh tahun."

Kaiden mengernyitkan dahi. "Sepuluh tahun? Siapa orang ini? Dan kenapa kita harus menemuinya sekarang?"

Lixs hanya mengangguk dengan tenang. "Nanti kamu akan tahu sendiri."

Kaiden mendesah. "Baiklah... Aku akan ikut dan tidak akan bertanya lagi."

Lixs menepuk pundaknya. "Mantap, Kaiden. Ayo semua, ikut aku. Kita menuju tempat pertama kali aku bertemu dengan Kaiden."

Tanpa banyak tanya lagi, mereka semua mengikuti langkah Lixs.

Pertemuan dengan Zonss

Ketika mereka hampir sampai di lokasi, tiba-tiba suara keras memecah keheningan malam.

"Oi! Lixs! Sedang apa kamu di sini? Bukannya tadi kamu izin ke Claude untuk pulang?"

Lixs menoleh dan melihat seorang pria dengan tubuh kekar dan sorot mata tajam—Zonss, salah satu kenalannya. Di sampingnya, berdiri beberapa rekannya.

Tanpa ragu, Lixs berteriak balik, "Kak Zonss! Apa Kak Claude masih di sana?"

Zonss mengerutkan kening sebelum membalas dengan suara lantang, "Apa yang baru saja kamu bilang?! Ulangi lagi!"

Lixs menarik napas dalam-dalam dan kembali berteriak, "Apa Kak Claude masih ada di sana?!"

Zonss mengangguk. "Oh, Claude? Ya, dia masih di sana bersama yang lain."

Lixs tersenyum puas dan langsung berkata dengan penuh semangat, "Baiklah, aku akan ke sana!"

"Oke! Kami tunggu!" balas Zonss.

Sementara itu, teman-teman Lixs hanya bisa saling bertukar pandang dengan bingung.

Kaiden akhirnya bertanya, "Lixs, siapa sebenarnya orang itu? Dan kenapa kalian harus berteriak begitu?"

Lixs tertawa kecil. "Oh, itu Kak Zonss. Jangan khawatir, dia memang selalu berbicara dengan suara keras. Tapi bukan dia yang akan kita temui. Orang yang sebenarnya ada di dalam bangunan itu. Ayo kita masuk."

Mereka semua akhirnya mengikuti Lixs menuju sebuah bangunan tua.

Rahasia Arcana dan Kejutan dari Masa Lalu

Begitu mereka memasuki ruangan, suasana langsung berubah.

Di dalamnya, beberapa orang terlihat sedang berbicara, tetapi perhatian mereka segera tertuju pada seorang pria dengan postur tinggi dan rambut hitam yang berdiri di tengah ruangan—Claude Destine.

Saat melihat Lixs, Claude tampak terkejut. "Lixs? Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu sudah izin pulang tadi?"

Lixs mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Claude. "Ssst... nanti aku ceritakan semuanya. Sekarang ada sesuatu yang harus kita bicarakan dulu."

Claude menatapnya dengan serius. "Baiklah, kalau begitu. Sepertinya ini sangat penting."

Lixs menarik napas dalam sebelum berkata, "Kak Claude, kamu pernah menceritakan kepadaku tentang kejadian di masa lalu yang menyebabkan munculnya kekuatan misterius dalam tubuh manusia, kan?"

Claude mengangguk. "Ya, aku masih ingat. Lalu kenapa?"

Lixs melanjutkan dengan suara lebih rendah, "Salah satu dari mereka berlima memiliki kekuatan luar biasa yang disebut Arcana."

Mata Claude langsung melebar. "Apa... Arcana, kau bilang?"

Lixs mengangguk. "Ya, Kak. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka."

Claude menatap mereka satu per satu sebelum bertanya, "Lixs, apakah kamu sudah pernah melihat Arcana itu secara langsung?"

Lixs menggeleng. "Belum, tapi ada sebuah kejadian yang membuktikan bahwa salah satu dari mereka memilikinya."

Claude berpikir sejenak, lalu akhirnya berkata, "Baiklah, aku akan menanyakan langsung kepada mereka."

Sementara itu, di sudut ruangan, Lena tampak sangat terkejut ketika melihat seseorang berdiri tak jauh dari mereka.

Pria itu tersenyum tipis dan berkata, "Loh, bukankah ini Lena? Wah, ternyata kamu sudah besar juga ya."

Lena tertegun, matanya membelalak. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Sosok di hadapannya adalah seseorang yang dulu pernah sangat berarti baginya.

Dengan suara sedikit bergetar, ia akhirnya menjawab, "Halo... a-anu... apa kabar, Hitari? Sudah terlalu lama ya kita tidak berjumpa."

Hitari tertawa ringan. "Wah, aku sangat terkejut, Lena. Ternyata kamu masih mengingat namaku, ya? Ha ha ha."

Lena hanya tersenyum malu. Namun, dalam hatinya, berbagai pertanyaan mulai bermunculan. Kenapa dia ada di sini? Apa hubungannya dengan Claude?

Kaiden, yang penasaran dengan situasi itu, melirik Ryuuzaki. "Oi, Ryuuzaki. Coba kamu tanya si Lena, dia sedang berbicara dengan siapa."

Ryuuzaki mendesah. "Kenapa aku yang harus bertanya? Kamu yang penasaran, kamu saja yang tanya!"

Kaiden menyeringai. "Kalau kamu tidak mau, awas saja kalau nanti kamu minta traktiran makanan dariku lagi."

Ryuuzaki menghela napas panjang. "Waduh... iya, iya. Aku akan bertanya sekarang juga."

Sambil menggerutu dalam hati, "Brengsek, Kaiden. Dia yang penasaran, tapi aku yang disuruh nanya. Cihhh."

Sementara itu, Kaiden hanya terkekeh pelan. "Hehe, kena juga kau, Ryuuzaki."

Akhirnya, Ryuuzaki berjalan mendekati Lena. "Permisi, maaf kalau mengganggu."

Lena menoleh. "Ada apa, Ryuuzaki?"

Ryuuzaki menatap pria di samping Lena dengan curiga sebelum berkata, "Aku ingin bicara sebentar. Bisa kita ngobrol di luar?"

Lena mengernyit. "Kenapa tidak langsung diomongin saja di sini?"

Ryuuzaki melirik Hitari sekilas sebelum menjawab, "Aku jadi sungkan kalau bicara di depan pria ini."

Lena mengangguk mengerti. "Oh, begitu... Baiklah, ayo kita bicara di luar."

Mereka pun keluar dari ruangan untuk berbicara lebih lanjut.

Sementara itu, Kaiden menghela napas panjang. "Hah... malah jadi sibuk begini. Yah, tanya nanti saja lah."

Kiana menoleh. "Jadi, Kakak tidak jadi bertanya sekarang?"

Masaki mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku ke sana dulu ya."

Kaiden hanya menatap ruangan dengan penuh tanda tanya. "Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini...?"

"Semuanya jadi aneh"

More Chapters