Terdapat tujuh negara besar di dunia, salah satunya adalah Sichibukuten, negeri yang dikenal memiliki sebuah Arcana—harta legendaris yang sangat dicari oleh banyak pihak. Keberadaan Arcana ini menjadi pusat perhatian dan ketidaknyamanan bagi beberapa negara lain, terutama Phenemonia dan Zonarumia.
Merasa terancam dengan kekuatan yang dimiliki Sichibukuten, Phenemonia dan Zonarumia sepakat untuk beraliansi demi menjatuhkan negeri tersebut dan merebut Arcana. Namun, rencana serangan harus ditunda. Zonarumia tidak percaya diri dengan kekuatan pasukannya dan meminta Phenemonia untuk menunggu hingga mereka siap secara mental dan strategi.
Sementara itu, di dalam negeri Sichibukuten sendiri, terjadi berbagai kekacauan. Banyak desa mengalami kehancuran parah akibat serangan misterius dari sebuah organisasi bayangan. Salah satu desa yang hancur adalah Ao', serta sebuah desa di dekat pusat kota—tempat para anggota Fukkatsu berkumpul. Desa itu dikenal sebagai Kuraniwaru, sebuah tempat yang kini dianggap tidak layak dihuni.
Pemimpin Sichibukuten belum mengetahui siapa dalang di balik kehancuran ini. Namun, ia tidak tinggal diam. Dengan segera, ia memerintahkan bawahannya untuk mencari informasi tentang kelompok misterius yang menyerang desa-desa tersebut.
Arcana, dan Noryouko
Di tengah konflik yang semakin memanas, sekelompok individu tengah berdiskusi mengenai asal-usul Arcana.
"Arcana adalah benda misterius yang telah ada bahkan sebelum kemunculan para Djin—makhluk abstrak yang memiliki kekuatan setara dengan kristal," ujar Zonss, salah satu dari mereka.
Namun, penjelasan itu menimbulkan kebingungan.
"Bentar, bentar... Maksudnya setara dengan kristal itu gimana, Mas Zonss?" tanya salah seorang dari mereka.
Zonss menghela napas, seakan tak percaya bahwa rekan-rekannya masih belum memahami konsep ini. Ia melirik ke arah Claude.
"Aku jelasin, atau kamu aja, Claude?"
"Terserah kamu," jawab Claude santai. "Aku juga penasaran dengan cerita ini."
Zonss pun mulai menjelaskan lebih dalam.
"Kalian semua sadar bahwa kita memiliki kekuatan supranatural, kan? Sebenarnya, asal-usul kekuatan itu berasal dari dua benda misterius: Arcana, dan Noryouko. Kedua benda ini memiliki fungsi yang sangat berbeda dan memengaruhi dunia kita dalam berbagai cara."
Arcana – Memiliki kekuatan di luar nalar manusia, termasuk kemampuan lintas waktu dan kemungkinan untuk memanggil makhluk dari luar dimensi manusia, yaitu Djin.
Noryouko – Dikenal sebagai Pengendali Supranatural( bisa mendapatkan kekuatan sesuai dengan Kehendak Noryouko ). Benda ini berada di salah satu negara tetangga dan dianggap sangat berbahaya. Pemiliknya bisa saja memiliki kemampuan untuk memanggil makhluk misterius—mirip dengan seorang Necromancer.
Mendengar penjelasan itu, Ryuuzaki tiba-tiba teringat sesuatu.
"Jadi… yang menyerangku tadi adalah seseorang yang memiliki kekuatan Noryouko?" tanyanya, sedikit gemetar.
Ia mengangkat tangan kirinya yang kini sudah hilang akibat pertempuran sebelumnya.
Zonss menatap luka itu dengan ekspresi serius.
"Melihat kondisimu sekarang... kemungkinan besar, ya," jawabnya. "Tapi, kalau kau bisa bertarung seimbang dengan pengguna Noryouko, itu berarti kau sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya."
Ryuuzaki terdiam sejenak sebelum tiba-tiba tertawa keras.
"Hahaha! Sudah kuduga, aku semakin kuat!"
Namun, gelagatnya itu justru menarik perhatian Masaki, yang sejak tadi hanya diam. Ia menatap Ryuuzaki dengan mata tak berkedip, penuh ketidakpercayaan.
"Kak... dia jadi aneh," bisik Kiana, adiknya.
Masaki menggeleng. "Tidak usah dipikirkan, Kiana. Dia memang sedikit gila."
Ryuuzaki, yang mendengar perkataan itu, seketika merasa tersinggung.
"Cih! Baru saja aku disebut gila... Tapi ya sudahlah, namanya juga wanita." gumamnya dalam hati.
Ryuuzaki mengalihkan pandangannya ke luar, mencoba mencari suasana yang lebih nyaman. Namun, rasa penasarannya terhadap cerita Zonss masih menggelitik pikirannya. Ia akhirnya menoleh kembali ke dalam dan berkata,
"Maaf tadi memotong pembicaraanmu, Mas Zonss. Sekarang, kamu bisa lanjut ceritanya lagi."
Zonss menghela napas, lalu mengernyit. Ia baru saja lupa kelanjutan dari cerita yang sedang ia sampaikan.
"Aduh, jadi lupa. Sampai mana tadi?"
Claude, yang sejak tadi menyimak, langsung merespons,
"Tentang Djin, Zonss."
Zonss pun tersenyum dan mengangguk.
"Oh! Terima kasih, Claude."
Ia kembali menatap semua orang dan mulai menjelaskan,
"Oke, kita lanjut pembahasannya. Djin adalah makhluk dengan kekuatan supranatural yang sangat berbeda dengan manusia. Pada umumnya, manusia hanya bisa menggunakan kekuatan supranatural dengan cara dasar saja."
Masaki, yang mulai memahami arah pembicaraan, mengangkat tangan untuk memastikan pemahamannya.
"Maaf memotong pembicaraan, tapi maksudmu cara dasar itu seperti memusatkan energi ke bagian tubuh tertentu yang diperlukan?"
Zonss tersenyum dan mengangguk.
"Tepat sekali, nona cantik."
Namun, ada juga individu yang mampu mencapai tingkat lebih tinggi, di mana mereka bisa mengendalikan energi alam dalam skala terbatas. Ini memungkinkan mereka untuk memanipulasi elemen seperti angin, tanah, air, api, dan lainnya.
"Djin, di sisi lain, memiliki kekuatan yang dapat disetarakan dengan Noryouko. Dengan kata lain, potensi kekuatan Djin bisa mendekati tingkat yang sama dengan pengguna Noryouko."
Zonss lalu menatap Ryuuzaki.
"Kamu bilang tadi kehilangan tangan kirimu saat bertarung, kan? Sebenarnya, yang kamu hadapi itu bukan Djin, melainkan makhluk summon-nya. Itu sebabnya kamu tidak bisa melihat Djin itu secara langsung."
Ryuuzaki terdiam, lalu perlahan mengangguk.
"Oh… iya! Aku baru sadar. Saat itu, aku memang tidak melihat sosok lain selain orang itu dan summon-nya."
"Untuk bisa melihat Djin, kamu harus belajar teknik khusus. Kalau mau tahu lebih lanjut, tanyakan saja pada temanku yang pendek itu," ujar Zonss sambil melirik seseorang.
Orang yang dimaksud langsung menegang, wajahnya berubah kesal.
"Sialan lu, Zonss! Omonganmu bisa begitu, ya? Duh, hatiku terasa sakit! Ahhh!" protesnya.
Zonss hanya tertawa kecil dan mengangkat bahu.
"Mulai dah nih orang…" gumamnya, lalu menoleh ke yang lain.
"Kenalkan, dia Araka Kiyomi, wakil ketua Fukkatsu."
Araka berdeham, lalu mengangguk santai.
"Yo, semuanya. Salam kenal."
Tanpa menunggu lama, Ryuuzaki dan Lixs langsung berseru bersamaan, saking semangatnya,
"Jadi, Kak Araka, kamu juga punya Djin? Kekuatanmu apa?"
Araka terkekeh melihat antusiasme mereka.
"Woh, woh! Ternyata kalian semangat juga, ya, ingin tahu tentang Djin-ku."
Ia berhenti sejenak, lalu melipat tangan dengan ekspresi misterius.
"Jadi... kekuatanku adalah…rahasia."
Seketika, ekspresi semangat Ryuuzaki dan Lixs menghilang.
"Cih! Paling kekuatanmu nggak seberapa. Takut dibilang lemah, ya? Wahaha!" ejek Ryuuzaki dengan tawa keras.
Mendengar ejekan itu, Araka hanya tersenyum tipis—tanda bahaya yang Ryuuzaki tidak sadari. Tanpa peringatan, ia mengaktifkan kekuatan Djinnya.
Araka tersenyum tipis. Ia tak bergerak banyak, hanya berdiri dengan tangan terlipat. Namun, matanya memancarkan sesuatu yang berbeda—kekuatan yang tak terbantahkan.
"Lemah, ya?" katanya pelan, tapi ada nada menggoda dalam suaranya. "Mungkin. Tapi lihat siapa yang tidak bisa bergerak sekarang."
Tiba-tiba, dunia di sekitar Ryuuzaki runtuh. Warna-warna mengabur menjadi pekat, seperti tinta yang tumpah ke dalam air. Suara tawa dan obrolan lenyap, berganti dengan hening yang menusuk. Jantungnya berdetak kencang. Ia mencoba melangkah, tetapi kakinya terasa berat seolah terperangkap di lumpur hitam yang tak kasatmata.
"Hah?! Apa ini?! Kenapa… badan aku tidak bisa bergerak?! UAAAGHHH!!"
Namun, teriakan kerasnya hanya bergema dalam kehampaan. Tak seorang pun di dunia nyata bisa mendengarnya.
Araka tersenyum tipis.
"Teknik Djin-ku adalah dimensi buatan. Di dalamnya, aku bisa mengatur segalanya sesuka hatiku. Bahkan, aku bisa menentukan apakah seseorang akan merasakan rasa sakit… atau tidak."
Ryuuzaki mengerahkan seluruh tenaganya, mencoba menyalurkan energi ke tubuhnya. Namun, seolah-olah kekuatannya tersedot oleh kegelapan. Otot-ototnya menegang, tapi ia tetap tak bisa bergerak.
"Sial... Ini... apa?"
Araka hanya mengangkat alis. "Kau masih berusaha? Aku suka semangatmu."
Kemudian, dengan satu jentikan jari, efeknya berhenti.
Plekk!
Ryuuzaki kembali ke dunia nyata, napasnya terengah-engah. Tubuhnya gemetar, keringat mengalir deras di wajahnya. Wajahnya tampak pucat, seperti seseorang yang baru saja melihat kematian di depan matanya.
Araka menatapnya dengan tatapan datar.
"Jadi… kenapa kamu berkeringat begitu, Ryuuzaki?" tanyanya santai.
Ryuuzaki tidak langsung menjawab. Ia menelan ludah, mencoba mengatur napasnya. Dalam hatinya, ia berpikir,
"Sial… kekuatan apa itu? Aku bahkan… hampir mati tadi! Brengsek! Aku tidak akan mengejek orang lagi… Heh heh heh…"
Arcana merupakan asal mula manusia memiliki kemampuan yang unik, dan Arcana mampu memanggil ribuan makhluk yang telah tersegel atau bisa saja memanggil djin dari dimensi yang berbeda, maka dari itu banyak orang yang menginginkan Arcana.