Cherreads

Chapter 3 - Secret Behind the Darkness

Hutan Aokigahara tidak seperti yang dibayangkan Liam sebelumnya. Kegelapan di tempat ini bukan sekadar ketiadaan cahaya, melainkan sesuatu yang terasa hidup—seakan-akan pepohonan, tanah, dan udara di sekitarnya memiliki kesadaran sendiri. Bayangan-bayangan bergerak tanpa sumber cahaya yang jelas, dan suara-suara samar seperti bisikan menggema dari kejauhan.

Liam, Aria, dan Kael berdiri dalam posisi siaga setelah membunuh makhluk-makhluk hitam tadi. Namun, atmosfer di sekitar mereka tidak berubah. Justru, aura gelap semakin terasa kuat.

"Ini tidak masuk akal..." gumam Aria, suaranya bergetar sedikit. "Aku bisa merasakan ada sihir kegelapan yang sangat kuat di sekitar kita. Tapi dari mana asalnya?"

Kael menyipitkan matanya, menajamkan indranya. "Ada sesuatu yang mengintai kita."

Liam menghela napas pelan. "Kita tidak bisa hanya berdiri di sini. Kita harus menemukan sumber dari semua ini."

Mereka bertiga melangkah maju dengan hati-hati, mengikuti jejak energi gelap yang mengalir seperti arus yang tidak kasatmata. Semakin dalam mereka masuk ke dalam hutan, semakin banyak keanehan yang mereka temui. Pohon-pohon besar memiliki cabang-cabang yang tampak seperti tangan yang terulur, akar-akar bergerak perlahan seperti ular, dan bayangan mereka sendiri terkadang tampak bergerak tidak sesuai dengan gerakan tubuh mereka.

Setelah berjalan selama hampir satu jam, mereka tiba di sebuah area terbuka—sebuah tanah lapang yang dikelilingi oleh pepohonan besar yang tampak seperti dinding alami. Di tengah-tengahnya, ada sesuatu yang aneh.

Sebuah monumen batu hitam berdiri tegak di sana, penuh dengan ukiran kuno yang tampak berdenyut dengan cahaya ungu redup. Di sekelilingnya, tanah tampak menghitam seperti terbakar.

Aria menatap monumen itu dengan tatapan penuh ketakutan. "Ini... ini bukan sihir biasa. Ini adalah sihir terlarang."

Kael mengangguk. "Aku juga mengenali simbol-simbol ini. Ini adalah bahasa kuno yang digunakan oleh penyihir hitam dari zaman dahulu."

Liam melangkah lebih dekat, matanya memperhatikan ukiran-ukiran itu dengan saksama. "Kalau ini adalah sumber dari anomali di hutan ini, kita harus menghancurkannya."

Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, suara tawa rendah menggema di udara.

"Hahaha... Jadi kalian akhirnya menemukannya."

Ketiganya langsung berbalik, bersiap menghadapi ancaman baru.

Dari bayangan di antara pepohonan, seorang pria muncul. Tubuhnya diselimuti jubah hitam panjang, dan wajahnya sebagian tertutup oleh tudung. Mata merah menyala miliknya bersinar dalam kegelapan.

"Aku sudah menunggu seseorang datang ke sini," kata pria itu dengan nada santai. "Dan ternyata yang datang adalah kalian."

Liam tidak membuang waktu. "Siapa kau? Apa kau yang bertanggung jawab atas semua ini?"

Pria itu tertawa lagi. "Namaku bukan sesuatu yang perlu kau ketahui. Yang perlu kau tahu hanyalah bahwa ini baru permulaan."

Dalam sekejap, pria itu mengangkat tangannya. Energi hitam pekat meledak dari tanah, membentuk sosok humanoid dengan mata merah dan tubuh seperti asap hitam yang berputar-putar.

"Shadow Wraiths!" seru Aria, segera mempersiapkan sihirnya.

Kael menghunus pedangnya, dan Liam merapalkan mantra. Tanpa aba-aba, makhluk-makhluk itu menyerang mereka dengan kecepatan tinggi.

Liam mengayunkan pedangnya, menebas salah satu wraith. Namun, pedangnya hanya menembus tubuh bayangan itu tanpa memberikan dampak berarti.

"Serangan fisik tidak berguna!" seru Kael, langsung melompat mundur dan mulai menyalurkan sihir petir di tangannya.

Aria segera mengangkat tongkatnya. "Light Purge!"

Cahaya terang meledak dari ujung tongkatnya, menyelimuti area sekitar dan langsung membuat beberapa wraith berteriak kesakitan sebelum lenyap dalam kepulan asap hitam.

Liam segera memanfaatkan kesempatan itu. "Shadow Break!"

Pedangnya mulai bersinar dengan cahaya biru terang, dan saat ia mengayunkannya lagi, serangannya kini benar-benar mengenai wraith di depannya, membelahnya menjadi dua.

Pria berjubah hitam itu menghela napas. "Hmph, aku kira kalian akan lebih mudah dikalahkan. Tapi sepertinya aku harus lebih serius."

Ia mengangkat satu tangannya, dan monumen batu hitam di tengah lapangan mulai bergetar. Retakan-retakan muncul di permukaannya, dan cahaya ungu semakin bersinar dari dalamnya.

"Apa yang kau lakukan?!" seru Aria dengan panik.

Pria itu tersenyum sinis. "Memanggil sesuatu yang lebih kuat daripada kalian."

Tiba-tiba, ledakan energi terjadi. Tanah di sekitar mereka bergetar, dan dari dalam monumen yang mulai hancur, sebuah sosok besar mulai muncul.

Makhluk itu memiliki tubuh raksasa, berbentuk seperti ksatria hitam dengan armor gelap yang tampak seperti terbuat dari bayangan pekat. Matanya bersinar merah terang, dan di tangannya terdapat pedang raksasa yang mengeluarkan aura kegelapan.

Liam merasakan tekanan yang luar biasa dari makhluk itu. "Ini… bukan makhluk biasa."

Pria berjubah hitam itu tertawa. "Perkenalkan… Saya Abyss Knight."

Kael menggertakkan giginya. "Kita harus menghancurkannya sebelum ia bisa bergerak bebas."

Namun, sebelum mereka bisa menyerang, Abyss Knight mengayunkan pedangnya ke tanah. Gelombang energi gelap meledak ke segala arah, memaksa mereka bertiga untuk melompat mundur.

Liam tahu bahwa pertarungan ini akan jauh lebih sulit daripada yang mereka duga…

-----

Angin dingin berhembus melewati pepohonan di Hutan Aokigahara, membawa aroma tanah lembap dan daun basah. Namun, di tengah keheningan malam, suasana tegang terasa semakin menekan.

Abyss Knight berdiri tegak di hadapan Liam, Aria, dan Kael. Raksasa gelap itu mengangkat pedang raksasanya, yang berdenyut dengan aura kegelapan. Matanya yang merah menyala seakan menusuk sanubari siapa pun yang menatapnya. Pria berjubah hitam yang memanggilnya kini berdiri di belakang, tersenyum puas.

"Rasakan keputusasaan," katanya dengan nada tenang namun penuh ancaman.

Liam menggenggam pedangnya erat-erat. Ia tahu pertarungan ini tidak akan mudah.

Tanpa peringatan, Abyss Knight bergerak. Dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan tubuhnya yang besar, ia melompat ke depan dan mengayunkan pedangnya ke arah Liam.

BOOM!

Liam melompat ke samping tepat waktu, tetapi tanah tempatnya berdiri tadi kini terbelah, menciptakan kawah besar akibat hantaman pedang Abyss Knight. Serangan itu begitu kuat sehingga udara di sekitar bergetar.

"Cepat berpencar!" seru Kael.

Mereka bertiga langsung bergerak ke arah yang berbeda, mencoba mengelilingi Abyss Knight.

Aria mengangkat tongkatnya. "Holy Chain!"

Rantai cahaya melesat dari ujung tongkatnya, mengarah ke Abyss Knight dengan kecepatan tinggi. Namun, sebelum bisa membelit makhluk itu, Abyss Knight mengayunkan pedangnya sekali lagi, memutus rantai cahaya tersebut seolah-olah itu hanyalah benang rapuh.

Mata Aria melebar. "Serangannya terlalu kuat!"

Liam tidak membuang waktu. Ia melompat ke udara, mengangkat pedangnya yang kini bersinar dengan aura biru terang. "Azure Blade!"

Ia mengayunkan pedangnya ke bawah, menciptakan gelombang energi biru yang melesat langsung ke Abyss Knight.

ZWOOOOSSHH!

Namun, Abyss Knight hanya mengangkat perisainya, dan energi itu terserap sepenuhnya ke dalamnya.

"Tidak mungkin…" gumam Liam.

Kael mengerutkan dahi. "Ia bukan hanya kuat dalam serangan, tapi juga memiliki pertahanan yang luar biasa. Kita butuh strategi."

Abyss Knight tidak memberi mereka waktu untuk berpikir. Ia menghentakkan kakinya ke tanah, dan dari bawah muncul bayangan hitam yang menjalar cepat ke arah mereka bertiga.

"Itu jebakan!" seru Aria.

Liam dan Kael segera melompat ke udara untuk menghindari serangan tersebut, tetapi Aria sedikit terlambat. Bayangan itu menangkap kakinya dan menariknya ke tanah.

"Aria!" Liam berusaha bergerak, tetapi Abyss Knight langsung menyerangnya dengan tebasan mendatar.

Liam hanya bisa menangkis dengan pedangnya, tetapi kekuatan serangan Abyss Knight begitu besar sehingga ia terlempar beberapa meter ke belakang dan menghantam batang pohon besar.

CRACK!

Batang pohon itu retak, dan Liam jatuh ke tanah dengan napas tersengal.

Kael segera maju, tangannya bersinar dengan energi petir. "Thunder Nova!"

Gelombang listrik meledak dari tubuhnya, menghantam Abyss Knight dengan kekuatan penuh. Namun, sekali lagi, makhluk itu hampir tidak terpengaruh.

Pria berjubah hitam itu terkekeh. "Percuma. Abyss Knight tidak bisa dikalahkan dengan serangan biasa."

Aria yang masih terjebak di bayangan mencoba merapal mantra lain. "Light Dispersion!"

Cahaya suci meledak dari tubuhnya, membakar bayangan yang menahannya. Ia segera berdiri dan mengangkat tongkatnya.

"Liam! Kita harus menyerangnya secara bersamaan!" teriaknya.

Liam mengangguk, berdiri dengan tubuh yang masih terasa sakit. "Kael, bisa kau buat celah?"

Kael memfokuskan energinya. "Serahkan padaku."

Ia melompat tinggi, lalu mengayunkan pedangnya ke bawah. "Storm Break!"

Petir menyambar langit dan menghantam tanah di sekitar Abyss Knight, menciptakan goncangan besar yang membuat makhluk itu sedikit terdorong ke belakang.

Saat itulah Aria melesatkan serangan berikutnya. "Holy Lance!"

Tombak cahaya terbentuk di udara dan meluncur dengan kecepatan tinggi, menembus armor Abyss Knight di bagian bahunya. Untuk pertama kalinya, makhluk itu mengeluarkan geraman kesakitan.

"Sekarang, Liam!" teriak Aria.

Liam melompat ke udara, pedangnya kini menyala dengan cahaya biru yang jauh lebih terang dari sebelumnya.

"Azure Judgement!"

Dengan satu tebasan kuat, ia membelah tubuh Abyss Knight menjadi dua.

BOOOOM!

Energi gelap meledak dari tubuh makhluk itu, menyebar ke seluruh area sebelum akhirnya lenyap sepenuhnya.

Pria berjubah hitam itu mundur beberapa langkah, tampak terkejut. "Tidak… mustahil!"

Liam menatapnya dengan mata tajam. "Sekarang giliranmu."

Pria itu mengatupkan giginya. "Tsk… Sepertinya aku harus menarik diri untuk saat ini."

Dengan satu gerakan tangan, bayangan pekat muncul di bawah kakinya, menelannya sebelum siapa pun bisa menghentikannya.

Ketegangan di udara mulai mereda. Hutan kembali sunyi, seolah-olah pertarungan besar tadi tidak pernah terjadi.

Liam menghela napas panjang. "Kita berhasil..."

Aria tersenyum tipis. "Tapi ini baru permulaan. Aku yakin dia akan kembali."

Kael menyarungkan pedangnya. "Kita harus melaporkan ini ke Headmaster Zephyr. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi."

Liam mengangguk, menyadari bahwa misi mereka di Valthoria baru saja dimulai…

-----

— To be continued

More Chapters