Cherreads

Chapter 2 - First Steps In Valthoria

Liam melangkah memasuki gedung utama Akademi Sihir Valthoria. Langit-langit aula yang menjulang tinggi dihiasi dengan kristal-kristal bercahaya yang memancarkan energi magis. Setiap sudut ruangan terasa dipenuhi oleh kekuatan sihir yang tak kasat mata, membuat atmosfernya begitu menekan namun mempesona.

"Ikut aku," Kael Ryuujin berkata sambil berjalan lebih dulu. Liam mengikutinya tanpa berkata apa-apa. Sepanjang perjalanan, ia memperhatikan para murid lain yang menatapnya dengan berbagai ekspresi—ada yang penasaran, ada yang sinis, dan ada juga yang tampak tidak peduli.

Setelah melewati beberapa lorong panjang, mereka tiba di sebuah ruangan besar dengan dinding berukir simbol-simbol sihir kuno. Di sana, seorang pria berambut putih dengan jubah hitam duduk di balik meja panjang. Matanya yang tajam seakan bisa menembus pikiran siapa pun yang dipandangnya.

"Liam Azvalveth, selamat datang di Valthoria," ucap pria itu dengan suara dalam dan berwibawa. "Aku adalah Headmaster Zephyr Eizenberg. Aku sudah mendengar banyak tentangmu."

Liam menunduk sedikit sebagai bentuk penghormatan. "Suatu kehormatan bisa berada di sini, Headmaster."

Zephyr mengangguk pelan. "Di sini, kau akan menemui tantangan yang jauh lebih berat dibandingkan Zerturt. Murid-murid di akademi ini bukan hanya yang terbaik di Jepang, tapi juga dari berbagai belahan dunia. Jika kau ingin bertahan, kau harus membuktikan dirimu."

Liam tidak gentar. "Aku mengerti. Aku siap menghadapi apa pun."

Zephyr menyeringai. "Bagus. Jika begitu, kita akan segera menguji kemampuanmu."

Sebelum Liam sempat bertanya lebih lanjut, suara dentuman keras terdengar dari luar. Pintu aula terbuka, dan seorang pria tinggi dengan rambut merah menyala melangkah masuk dengan ekspresi arogan.

"Jadi, ini dia murid baru yang semua orang bicarakan?" tanyanya dengan suara tajam. "Aku Reinhardt Arclight, salah satu dari Rank-S Valthoria. Kalau kau benar-benar sehebat itu, buktikan padaku sekarang juga!"

Liam menatap Reinhardt tanpa ekspresi, tapi di dalam dirinya, ia tahu—pertarungan ini akan menjadi awal yang menentukan bagi perjalanannya di Akademi Sihir Valthoria.

----

Liam berdiri di tengah arena latihan Valthoria, berhadapan dengan Reinhardt Arclight, salah satu murid Rank-S yang terkenal karena kekuatannya yang luar biasa. Mata merah menyala Reinhardt menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu sekaligus kesombongan.

"Jangan buat aku bosan, anak baru!" Reinhardt mengepalkan tinjunya, energi api mulai menyelimuti tubuhnya. Udara di sekitar menjadi panas, menandakan sihir elemen api tingkat tinggi yang ia kendalikan.

Liam tetap tenang. Ia tahu bahwa Reinhardt bukanlah lawan biasa. Jika ia ingin membuktikan dirinya di Valthoria, ia harus menunjukkan kemampuannya sejak awal.

"Mulai!" suara Kael menggema di seluruh arena, menandakan duel telah dimulai.

Dalam sekejap, Reinhardt bergerak dengan kecepatan luar biasa, menerjang ke arah Liam dengan tinju berapi. Liam melompat ke belakang, menghindari serangan pertama dengan cekatan. Namun, Reinhardt tidak memberi jeda. Dengan cepat, ia melayangkan pukulan beruntun, membuat Liam harus terus bergerak untuk menghindari setiap serangan.

"Hmph, kau hanya menghindar? Mana kemampuanmu yang katanya luar biasa itu?" Reinhardt mengejek.

Liam mengangkat satu tangannya, membentuk lingkaran sihir berwarna biru di udara. "Aether Bind."

Dalam sekejap, rantai energi berwarna biru terang melesat ke arah Reinhardt, mencoba mengikatnya. Namun, dengan satu hentakan api dari tubuhnya, rantai tersebut hancur.

"Jangan meremehkan aku!" Reinhardt mengayunkan lengannya, menciptakan ledakan api besar ke arah Liam.

Liam melompat tinggi, menghindari ledakan itu. Di udara, ia mengaktifkan mantranya yang lain. "Shadow Step."

Bayangannya bergetar dan tubuhnya lenyap dalam sekejap. Reinhardt terkejut, namun sebelum ia bisa bereaksi, Liam muncul di belakangnya dan melepaskan tendangan kuat yang menghantam punggungnya.

Reinhardt terdorong ke depan, namun ia berhasil menahan keseimbangannya. Ia menyeringai. "Menarik… sepertinya aku harus lebih serius."

Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, menciptakan bola api raksasa di atas kepalanya. Energinya begitu kuat hingga suhu di sekitar arena meningkat drastis. Murid-murid lain yang menonton mulai mundur sedikit, merasakan tekanan dari kekuatan tersebut.

"Infernal Sun!" Reinhardt melepaskan bola api itu ke arah Liam dengan kecepatan tinggi.

Liam tidak menunjukkan tanda panik. Ia mengangkat kedua tangannya, membentuk simbol sihir kompleks di udara. "Aether Shield."

Sebuah dinding transparan dengan pola berputar muncul di depan Liam, menahan bola api tersebut. Namun, tekanan energi yang besar mulai membuat retakan di perisainya.

"Sepertinya aku tidak bisa menahan ini terlalu lama," gumam Liam.

Dengan cepat, ia mengubah taktik. "Phase Shift!" Tubuhnya berubah menjadi bayangan dan melesat melewati bola api yang mulai pecah. Dalam sekejap, ia muncul di samping Reinhardt dengan tangan terangkat.

"Aether Strike."

Tinju Liam bersinar biru terang sebelum menghantam perut Reinhardt. Ledakan energi terjadi, mendorong Reinhardt mundur beberapa meter hingga ia terjatuh di tanah.

Seluruh arena hening.

Namun, Reinhardt masih tersenyum. Ia berdiri, membersihkan seragamnya yang sedikit terbakar. "Kau cukup kuat, Liam Azvalveth. Tapi ini baru permulaan."

Sebelum pertarungan berlanjut, suara Headmaster Zephyr menggema di seluruh arena.

"Cukup. Duel ini sudah selesai."

Liam dan Reinhardt menoleh. Zephyr berdiri di podium, menatap mereka dengan ekspresi penuh arti.

"Liam, kau telah membuktikan dirimu sebagai murid yang layak di Valthoria. Mulai hari ini, kau akan ditempatkan di Kelas Elit bersama Reinhardt dan murid-murid terbaik lainnya."

Liam mengangguk. Ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan panjangnya di Valthoria. Dan tantangan yang lebih besar masih menantinya di depan…

-----

Liam melangkah keluar dari arena duel dengan napas yang masih stabil, meski tubuhnya sedikit terasa lelah setelah pertarungan sengit melawan Reinhardt. Sorot mata para murid yang menyaksikan pertarungan tadi masih tertuju padanya—beberapa terkesan, beberapa lainnya tampak cemas, dan ada juga yang menatapnya dengan rasa iri. Namun, ia tidak terlalu memperdulikan mereka.

"Liam!" Sebuah suara memanggilnya dari sisi tribun. Ia menoleh dan melihat seorang gadis berambut perak dengan seragam khas Valthoria melambaikan tangan padanya. Aria Hoshigaki.

"Aria?" Liam sedikit terkejut. Ia tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini.

Aria berlari kecil mendekatinya. "Aku tiba di Valthoria kemarin. Aku tidak mengira akan melihatmu bertarung di hari pertamamu di akademi ini. Kau benar-benar tidak bisa diam, ya?"

Liam hanya tersenyum kecil. "Aku tidak punya pilihan. Mereka yang baru masuk harus membuktikan diri."

"Dan kau membuktikannya dengan cara yang luar biasa," ucap Aria, matanya menatap Liam dengan kagum. "Bahkan Reinhardt yang terkenal itu mengakui kekuatanmu."

Sebelum mereka bisa melanjutkan percakapan, suara berat Kael Ryuujin, Ketua Dewan Murid, memotong di antara mereka. "Azvalveth. Headmaster ingin bertemu denganmu di ruangannya sekarang juga."

Liam mengangkat alisnya. "Sekarang?"

Kael mengangguk tegas. "Ya. Segera."

Tanpa banyak bertanya, Liam mengikuti Kael melewati lorong-lorong megah akademi. Dinding-dindingnya dihiasi dengan ukiran sihir kuno, dan lampu-lampu kristal melayang di udara, menerangi jalan mereka. Sepanjang perjalanan, Liam bisa merasakan aura Kael yang sangat kuat, bahkan tanpa ia harus menggunakan kemampuan sihirnya untuk mendeteksinya.

"Apa yang diinginkan Headmaster dariku?" tanya Liam akhirnya.

"Kau akan segera mengetahuinya," jawab Kael singkat, tetap berjalan lurus ke depan.

Setelah beberapa menit, mereka tiba di depan sebuah pintu besar dengan simbol sihir rumit terukir di atasnya. Kael mengetuk pintu tiga kali, dan suara Headmaster Zephyr terdengar dari dalam. "Masuk."

Liam melangkah masuk dan melihat sosok Headmaster Zephyr duduk di belakang meja kayu besar yang dipenuhi buku-buku kuno dan kristal sihir yang berkilauan samar. Pria tua dengan janggut putih panjang itu menatapnya dengan mata tajam.

"Liam Azvalveth," ucapnya dengan suara berat namun tenang. "Kau sudah membuktikan dirimu di duel tadi. Sekarang, ada tugas lain yang harus kau jalani."

Liam menatapnya dengan serius. "Tugas lain?"

Zephyr mengangguk dan mengangkat tangannya. Sebuah bola kristal muncul di udara, memperlihatkan pemandangan hutan lebat di bawah cahaya bulan. Namun, di tengah hutan itu, tampak bayangan-bayangan yang bergerak cepat, sosok makhluk aneh dengan mata merah menyala.

"Ada sesuatu yang terjadi di Hutan Aokigahara," jelas Zephyr. "Beberapa hari terakhir, kami menerima laporan tentang makhluk misterius yang muncul di sana. Mereka tidak seperti binatang sihir biasa. Mereka tampaknya adalah wujud dari kekuatan yang lebih gelap."

Liam menyipitkan matanya. "Jadi… aku harus menyelidikinya?"

Zephyr tersenyum tipis. "Bukan hanya menyelidiki. Kau harus memastikan bahwa ancaman ini tidak akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar. Ini adalah ujian pertamamu sebagai murid Valthoria. Kau tidak akan sendirian. Kael dan Aria akan menemanimu dalam misi ini."

Liam menoleh ke Kael, yang tetap diam dengan ekspresi dinginnya, dan Aria, yang tampak sedikit terkejut tapi bersemangat.

"Baik," kata Liam akhirnya. "Kapan kami berangkat?"

Zephyr menatapnya dalam-dalam sebelum menjawab, "Malam ini."

---

Beberapa jam kemudian, di bawah langit malam yang gelap, Liam, Aria, dan Kael berdiri di tepi Hutan Aokigahara. Angin malam berhembus pelan, membawa serta aroma pepohonan basah dan tanah yang dingin. Namun, ada sesuatu yang lain di udara—sesuatu yang tidak terlihat, tetapi bisa dirasakan.

"Ada energi yang tidak biasa di sini," gumam Aria sambil memegang tongkat sihirnya yang bersinar lembut.

Kael mengangguk. "Tetap waspada. Kita tidak tahu apa yang kita hadapi."

Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam hutan dengan hati-hati. Cahaya bulan yang redup hampir tidak bisa menembus pepohonan yang rimbun, membuat suasana semakin menekan. Namun, mereka bukanlah murid biasa. Setiap langkah mereka penuh perhitungan, siap menghadapi bahaya kapan saja.

Tiba-tiba, ranting di sekitar mereka bergerak sendiri. Aria berhenti seketika. "Kalian mendengar itu?"

Sebelum ada yang bisa menjawab, sesuatu melompat keluar dari bayang-bayang hutan—makhluk hitam dengan tubuh kurus seperti manusia, tetapi dengan tangan yang lebih panjang dan cakar tajam. Matanya bersinar merah, dan mulutnya terbuka lebar, mengeluarkan suara geraman mengerikan.

"Itu bukan binatang biasa," ujar Liam, segera menarik pedang sihirnya. "Bersiaplah."

Makhluk itu melompat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa. Namun, sebelum bisa mencapai mereka, Kael mengayunkan tangannya, menciptakan dinding es yang langsung menghambat pergerakan makhluk itu.

Aria mengangkat tongkatnya. "Luminous Spear!"

Sebuah tombak cahaya melesat dari ujung tongkatnya, menembus tubuh makhluk itu dalam sekejap. Makhluk itu menjerit sebelum tubuhnya meleleh menjadi asap hitam.

Namun, dari bayangan lain, dua makhluk serupa muncul.

"Kita dikepung," gumam Liam.

Kael mengangkat satu tangannya dan menyalurkan sihir petir. "Kalau begitu, kita pastikan mereka tidak bisa kabur."

Pertarungan pun dimulai, dan ini hanyalah awal dari ujian sebenarnya bagi mereka bertiga di dalam kegelapan Hutan Aokigahara…

------

— To be continued

More Chapters