Suara dentingan keyboard dan obrolan riuh rendah para programmer dan marketing memenuhi lantai lima kantor pusat KOTAGGPOKER. Di tengah kesibukan itu, di pos keamanan dekat pintu masuk utama, berdiri seorang pria berseragam satpam berwarna biru khas perusahaan. Posturnya tegap, namun tatapan matanya yang biasanya tajam dan penuh perhitungan kini disembunyikan di balik ekspresi tenang seorang pengamat. Pria itu bernama Bima, setidaknya untuk saat ini.
Di balik nama dan seragam itu, bersembunyi Betrand Wijaya, sang CEO muda dan visioner yang telah membawa KOTAGGPOKER menjadi salah satu raksasa industri game online di Asia Tenggara. Sudah hampir dua bulan ia menjalani penyamaran aneh ini. Setiap pagi, mobil van sederhana akan mengantarnya ke belakang gedung, tempat ia berganti pakaian dengan seragam satpam yang terasa asing di tubuhnya. Ia kemudian berjalan santai ke posnya, menyapa para karyawan dengan senyum ramah, dan memulai "shift"-nya.
Alasan di balik penyamaran ini sederhana, namun bagi Betrand, sangat krusial. Di usianya yang ke-32, ia telah mencapai segalanya dalam karir. Namun, urusan hati terasa hampa. Setiap wanita yang mendekatinya seolah melihat label harga yang melekat padanya, bukan dirinya sebagai seorang individu. Ia mendambakan cinta yang tulus, yang akan membuatnya merasa dihargai bukan karena jabatannya, melainkan karena siapa dirinya.
KANTOR KOTAGGPOKER, dengan segala dinamika dan intriknya, menjadi panggung eksperimennya. Di sini, ia bisa mengamati interaksi antar karyawan, melihat siapa yang tulus dan siapa yang bermuka dua. Ia berharap, di antara keramaian ini, ia akan menemukan seseorang yang mampu melihat melampaui status CEO yang ia sandang.
Hari ini, Bima si satpam sedang memeriksa kartu identitas seorang karyawan yang baru datang. Matanya tanpa sengaja menangkap seorang wanita yang berjalan tergesa-gesa menuju lift. Rambutnya yang dikepang rapi bergerak seiring langkahnya yang cepat. Ia mengenakan blus berwarna cerah dan rok pensil, tampak profesional namun tidak berlebihan. Ada aura semangat dan fokus yang terpancar darinya.
Wanita itu sedikit terengah-engah saat tiba di depan lift. Ia menekan tombol beberapa kali dengan tidak sabar. Betrand memperhatikan detail-detail kecil itu: kerutan di dahinya menunjukkan konsentrasi, dan gigitan kecil di bibirnya menandakan sedikit kekhawatiran.
Tiba-tiba, wanita itu menjatuhkan beberapa berkas dari tangannya. Kertas-kertas berserakan di lantai. Tanpa ragu, Betrand segera menghampirinya. "Permisi, biar saya bantu," ucapnya lembut sambil berjongkok untuk memunguti kertas-kertas itu.
Wanita itu terkejut dan sedikit salah tingkah. "Oh, terima kasih banyak, Pak..."
"Bima," jawab Betrand singkat, menyerahkan kembali berkas-berkas yang sudah tertata rapi.
"Terima kasih, Pak Bima. Saya Clara dari tim marketing. Sedikit terlambat untuk rapat penting," ujarnya dengan senyum canggung.
"Semoga rapatnya berjalan lancar, Bu Clara," balas Betrand dengan senyum tulus. Ada sesuatu dalam interaksi singkat itu yang terasa berbeda. Mata Clara tidak menunjukkan sedikit pun ketertarikan pada seragamnya, apalagi menyadari otoritas yang tersembunyi di baliknya. Ia hanya melihat seorang satpam yang membantunya.
Sejak hari itu, Betrand, dalam perannya sebagai Bima, mulai memperhatikan Clara lebih saksama. Ia melihat bagaimana Clara berinteraksi dengan rekan-rekernya, semangatnya dalam bekerja, dan kebaikan hatinya saat membantu junior. Semakin ia mengamati, semakin tumbuh rasa ingin tahu yang lebih dalam.
Suatu sore, saat jam kerjanya hampir usai, Betrand melihat Clara sedang kesulitan membawa beberapa kotak besar berisi materi promosi. Tanpa berpikir dua kali, ia menghampirinya. "Butuh bantuan, Bu Clara?"
Clara tampak lega. "Oh, Pak Bima, terima kasih banyak. Ini sedikit berat."
Bersama, mereka membawa kotak-kotak itu ke ruang penyimpanan. Dalam perjalanan singkat itu, mereka bertukar beberapa kalimat. Betrand terkesan dengan kecerdasan dan selera humor Clara. Ia merasa ada koneksi yang tidak biasa, sebuah ketertarikan yang murni, tanpa adaFilter status atau kekayaan.
Namun, Betrand juga menyadari bahaya dari penyamarannya. Semakin dekat ia dengan Clara, semakin besar risiko kebohongannya terungkap. Apa yang akan terjadi jika Clara tahu bahwa satpam sederhana yang membantunya adalah CEO perusahaan tempatnya bekerja? Akankah ia merasa tertipu? Akankah kesempatan untuk mendapatkan cinta sejati itu justru hilang karena kebohongannya?
Di balik seragam biru Kotaggpoker, hati seorang CEO mulai berdebar kencang. Pencarian cinta sejatinya baru saja dimulai, di tempat yang paling tak terduga.
[Bersambung...]