Langit Jakarta malam itu mendung, seakan tahu ada sesuatu yang sedang bangkit dari dunia maya. Angin kencang meniup baliho lusuh bertuliskan:
"Selamat Datang di ICONPLAY Hotel – Stay, Play, and Escape Reality"
Hotel itu berdiri menjulang di tengah kota, dibalut lampu-lampu LED bergaya futuristik, seperti sisa-sisa kejayaan dunia e-sports yang pernah megah. Dulu, ICONPLAY adalah surganya gamer. Turnamen game terbesar Asia Tenggara pernah digelar di sini. Tapi sekarang… hanya bayang-bayang kejayaan yang tersisa.
Dan satu kamar yang tak pernah hilang dari cerita horor digital: Kamar 404.
Arya, seorang content creator game horor, sengaja datang malam itu. "Katanya sih kamar ini beneran terkutuk," ucapnya ke kamera, live untuk 200 ribu pengikutnya.
"Aku bakal coba menginap semalam di kamar 404… dan cari tahu kebenarannya. Real horror, bukan jump scare receh."
Ia pikir ini akan jadi konten seru. Tapi ICONPLAY tidak seperti hotel lain. Saat ia check-in, resepsionis muda itu hanya menatapnya lekat-lekat dan berbisik:
"Kalau kamu mulai dengar suara 'login' saat jam 3 pagi… jangan jawab. Jangan angkat. Jangan lihat layar apapun."
Arya hanya tertawa kecil. Gimmick? Makin bagus untuk konten, pikirnya.
Kamar 404 berada di lorong paling ujung lantai 4. Cahaya lampunya berkedip, dan dindingnya masih dipenuhi stiker event turnamen jadul. Di dalam kamar, suasananya retro—dilengkapi kursi gaming tua dan layar LCD 32 inci yang sudah berdebu. Tapi yang paling mencolok adalah: PC gaming di sudut ruangan masih menyala. Tanpa colokan listrik.
Layar menampilkan satu pesan:
"Selamat datang kembali, Player404."
Arya bergidik. Dia tak pernah login ke akun itu.
Jam menunjukkan 2:57 dini hari. Ia mulai merekam dengan night vision. Tiba-tiba layar PC menyala terang, memperlihatkan avatar mengerikan: wajah manusia rusak, matanya hanya simbol 'X', dengan suara glitch yang memekakkan telinga.
"Ayo... main lagi. Kau belum selesai."
Tiba-tiba headset yang tergantung di dinding bergerak sendiri… dan suara game bergema di seluruh kamar:
"LEVEL 1: BUNUH DIRIMU SENDIRI UNTUK KELUAR."
Jam 3:00 tepat. Telepon kamar berdering. Bukan ringtone biasa. Tapi suara notifikasi game 8-bit, diulang-ulang.
Arya ragu. Tapi rasa penasaran membunuh logika.
Ia angkat gagang telepon.
Dan dari seberang, terdengar suara… dirinya sendiri.
"Jangan lihat ke cermin."
Refleks, Arya menoleh.
Di cermin, ia melihat… dirinya masih duduk di tempat tidur, memegang telepon.
Tapi ia tahu... ia sudah berdiri.
Yang di cermin bukan dia lagi.
Bersambung...
Kalau kamu suka gaya ceritanya, aku bisa lanjutin ke episode 2: "Respawn." Kita bisa kembangkan lore tentang asal-usul hantu game ini—mungkin korban turnamen dulu? Atau AI yang jadi jahat? Bisa juga kita tambahin karakter lain, kayak streamer, penjaga hotel, atau mantan developer game. Mau dibuat jadi mini series juga bisa! 🔥👾
Mau dilanjutin?