Cherreads

Freedom From Strength

Dexat
14
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 14 chs / week.
--
NOT RATINGS
256
Views
Synopsis
PHEON Dunia dimana segala keajaiban terjadi, di dunia ini bagi mereka yang telah mencapai usia dewasa akan dikirim ke tower, Dex seorang anak yang kehilangan segalanya dan hampir mati secara beruntung tepat dikirim ke tower, memutuskan untuk berjuang sekali lagi
VIEW MORE

Chapter 1 - The Beginning

Seorang anak dengan pakaian lusuh dan rambut yang tidak terawat, terduduk diam di persimpangan jalan.

Sebuah mangkok kecil tepat berada di depannya, setiap ada orang yang lewat dia selalu berdiri dengan senyuman, meminta sedikit uang untuk membeli makanan.

Tapi orang-orang hanya lewat dan mengabaikannya dan bahkan menendang mangkok yang ada di depannya.

"kumohon tolong beri aku sedikit uang saja

kumohon"

Anak itu terus memohon kepada orang yang berlalu lalang di depannya, sebenarnya dia tidak ingin terus meminta minta seperti ini, tapi sayangnya tidak ada seorang pun yang ingin memperkejakan nya karena dia dianggap sebagai pembawa sial.

Saat anak itu kembali duduk tiba sebuah tendangan menendang pinggang nya, hingga dia terlempar cukup jauh.

Mengerang kesakitan anak itu memegangi peninggangnya, melihat apa yang terjadi seorang laki-laki paruh baya dengan badan besar menatap kearah.

"lagi lagi kau Dex bukan kah sudah kubilang untuk tidak meminta minta disini dasar anak terkutuk"

Dex mengenali wajah itu dia adalah Graham orang yang selalu memukulinya.

"maaf tapi adik adik ku kelaparan aku tidak tau lagi harus melakukan apa"

Sekali lagi aku di tendang olehnya membuat pinggang ku mengeluarkan banyak darah.

Orang mulai berkumpul tapi seolah kehilangan minat ketika tau bahwa itu adalah aku yang di pukuli.

Bahkan penjaga setempat menutup mata saat jelas jelas Graham menendang ku.

Graham tidak peduli dengan darah yang ku keluarkan dan terus menginjak injak ku.

"baik baik aku akan pergi kumohon berhenti"

Erang ku kesakitan

Graham terlihat tidak peduli dan malah menendang ku lebih keras.

30 menit sudah berlalu Graham sudah pergi karena melihat diriku yang seolah akan mati, dia tidak mau repot berurusan dengan mayatku.

Walaupun seluruh tubuh penuh dengan darah aku berusaha berdiri dan berjalan ke luar desa, saat itu semua orang memandang ku dengan jijik dan menutup hidungnya

'padahal Mereka yang menutup mata akan kekerasan itu tapi mereka menatap ku seolah aku lah yang bersalah sialan'

Dengan pikiran itu aku trus berjalan dengan terhuyung kesana kemari seolah aku bisa pingsan kapan saja.

Tapi aku tidak bisa aku harus kembali untuk adik adiku, dengan pikiran itu memaksa seluruh tubuhku untuk terus berjalan sambil memegang pinggang ku yang berdarah.

Berjalan hingga keluar desa aku melihat goa di depan itu adalah tempat tinggal ku dan adik adiku.

Memikirkan mereka yang kelaparan aku memaksakan diri untuk bisa menggapai goa itu.

Membawa sepotong roti yang kudapat tadi pagi dari seorang pedagang wanita.

Saat ku memasuki goa suasana nya menjadi dingin aku melihat beberapa jejak kaki orang dewasa yang mengarah masuk dan keluar dari goa.

'mungkin mereka kesini untuk tidur, tapi setelah melihat ada yang menempati mereka keluar'

Dengan berpikiran seperti itu aku berjalan masuk ke goa dengan perlahan, tapi seolah takdir membenci ku darah ada di mana.

Dan terdapat 2 mayat seorang anak dengan tubuh yang dikoyak-koyak seolah itu pembunuhan yang sadis.

Hatiku seolah meledak karena amarah adikku satu satunya orang yang berharga bagiku mati tepat di depan mataku.

Aku berlari mendatangi mayat yang terbaring di depan ku menangis seolah dunia telah hancur.

Aku terdiam bagai patung tidak bisa mengucapkan apapun dan hanya bisa menangis.

Saat ini aku ingin berteriak sekencang kencangnya, tapi tenggorokan bagai tersedak dan hanya bisa diam sambil menangis terseduh.

Tendangan datang dari samping ku membuat diriku terpental ke dinding, terkejut aku mengangkat kepalaku dan melihat seorang pria dengan pedang penuh darah di pinggang nya.

"Lambang itu ordo kesatria, APA KALIAN YANG MELAKUKAN INI"

Mengabaikan seluruh rasa sakit yang dirasakan aku berteriak tidak karuan, tapi dia tidak menjawab dan mengabaikannya begitu saja.

Amarah mengendalikan diri ku saat melihat nya, diriku mengambil kayu yang ada di samping ku aku mencoba menyerang nya, sayangnya kepala ku seolah terjatuh kelantai.

"haaa para anak terkutuk ini sungguh merepotkan"

Aku masih bisa mendengar perkataan nya walaupun kepala ku terpotong.

"Siala..."

Saat aku menyadarinya aku hanya bisa melihat tubuhku yang tanpa kepala berada di depanku.

Apa ini akhirnya?

Apa yang salah?

Apa takdir begitu membenci ku?

Hanya karena kami memiliki tanda

kutukan di tubuh kami, apa kami harus menerima perlakuan seperti ini?

Terpintas kenangan lama di dalam kepala ku,

saat lahir ibuku menatap diriku sambil menangis dan ayah ku memarahi ibuku.

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu yang diriku ingat hanya ada seorang nenek yang merawatku.

Mungkin dia satu satunya yang menatap ku dengan wajah lemah lembut, kala itu penuh dengan kebahagiaan mengambil kayu dari hutan untuk di jual, dan menanam tanaman hingga panen.

Nenek itu juga merawat dua orang anak dengan tanda kutukan lagi yaitu Emma dan Batsen, mereka adalah ke dua adikku yang kusayangi.

Tapi semua keindahan itu tidak berlangsung lama, nenek semakin tua dan sakit sakitan dan akhirnya mati,

Nenek memberi nama pada ku yaitu Cain, dan menitipkan kedua adikku sebelum dia mati, tapi keadaan benar benar berubah total desa mulai terserang wabah penyakit dan mengakibatkan banyak orang yang mati, penduduk desa yang awalnya baik mengaggap kami sebagai pembawa kutukan dan kami diasingkan.

Bagi seorang anak berumur 8 tahun harus hidup di sebuah goa dan merawat kedua adiknya, itu sangatlah sulit walaupun begitu aku memiliki alasan untuk terus berjuang untuk adikku.

Hingga ordo kesatria sialan itu datang dan membunuh kami, bagaimana mungkin seorang anak berusia 15 tahun bisa menang melawan kesatria berpengalaman.

Apa aku harus mati seperti ini?

Apa semua perjuangan ku selama 7 tahun sia sia?

Selama 7 tahun aku berjuang melewati semua siksaan itu

***

Aku terbangun di ruangan serba putih dengan ketujuh pintu berbeda di depan ku.

–Apa yang terjadi? dimana aku? Apa aku belum mati?

Semua pertanyaan terlintas di kepala ku.

Seolah mengetahui isi pikiran ku sebuah surat jatuh di depan ku.

Mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi aku hanya terdiam selama 30 menit lamanya.

sebuah surat lain muncul.

Apa aku harus membukanya?

Menguatkan keberanian sekaligus tidak tau apa yang harus dilakukan, dia perlahan mulai mendekati surat itu dan mulai membuka nya.

membaca surat pertama

[Mungkin anda penasaran akan tempat ini,

Tapi yang perlu anda belum mati]

Begitu lah surat nya berakhir, sebuah surat singkat tanpa kejelasan di dalamnya.

Penasaran akan kelanjutannya saya mulai membuka surat kedua

[Mungkin anda tau tempat ini adalah ritual kedewasaan, anda bisa keluar jika menyelesaikan ketujuh pintu yang ada, dan sebagai imbalan dalam proses penyelesaian satu keinginan anda bisa terwujud (kematian tidak bisa di ubah)]

Surat kedua pun berakhir begitu saja

Setelah membaca kedua surat itu aku bisa menyimpulkan bahwa aku masih hidup, tapi apa yang terjadi? Aku jelas mengingat bahwa kepala ku telah terpenggal

Memikirkanya kembali aku teringat akan kematian kedua adikku, walaupun itu telah berlalu tapi rasanya seolah kejadian itu masih ada di pikiranku, bukan hanya sekedar gagal sebagai seorang kakak aku juga mengingkari janji ku pada nenek.

Tertunduk diam dia menangis sekeras-kerasnya di tempat sunyi tanpa kehidupan sedikitpun.

Apa gunanya untuk keluar lagi pula aku tidak punya siapapun lagi.

Seolah membaca pikiranku sebuah surat lainnya muncul di depan ku, kali ini aku tidak terlalu terkejut dan mulai membacanya

[semua orang telah dikirim ke tempat ini termasuk anda, anda dikirim kesini tepat sebelum anda mati]

Surat pun berakhir begitu saja, tapi surat lainnya muncul tak lama setelah itu

[Anda bisa memasuki salah satu pintu yang ada dan mencoba menyelesaikannya, dan Anda bisa keluar kapanpun anda mau, hadiah akan di sesuaikan dengan tingkat penyelesaian]

Membaca surat itu aku menghela nafas panjang berpikir semua itu sia sia, lagi pula aku tidak berniat menyelesaikan nya sama sekali.

– bukan kah kamu penasaran dengan pesan adikmu sebelum mereka mati? Dex ******

Kali ini sebuah suara muncul di pikiranku berbicara dengan sangat jelas, aku melihat sekeliling tapi tidak ada apa selain pintu yang ada.

"apa maksudmu? Apa adikku mengatakan sesuatu?"

–ya adikmu menitipkan pesan sebelum kematiannya, kami bisa memberitahukan pesan itu asal anda bisa menyelesaikan ketujuh pintu yang ada

"Kami? Siapa kalian sebenarnya kenapa aku disini"

–apa kamu belum tau? Hmm ini aneh,

Apa karena kamu hidup terasingkan jadi kamu tidak tau.

Mungkin, aku sedikit mengerti maksudnya tempat ini mungkin adalah tower, tempat di mana saat mencapai umur dewasa kau akan di kirim ke sini

Dia membaca pikiran Dex lagi dan berkata

–ya pikiran mu benar ini tower Amerta tempat yang akan menjadi harapan hidup mu, Selamat berjuang