Angga dan Devana melanjutkan hari mereka seperti biasa, tetapi Angga tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa Anaya akan menjadi masalah di kemudian hari. Pada hari Minggu, Angga dan Devana bertemu di lapangan seperti yang telah mereka rencanakan.
"Hai, Dev," kata Angga dengan senyum. "Hai, Angga," jawab Devana dengan senyum yang sama. Mereka kemudian berjalan-jalan bersama, menikmati kebersamaan mereka.
Tiba-tiba, Anaya muncul kembali dan menghampiri mereka. "Angga, aku sudah bilang kamu tidak boleh menghabiskan waktu dengan Devana," kata Anaya dengan nada yang tegas.
Angga merasa kesal dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. "Anaya, apa yang salah denganmu?" tanya Angga dengan nada yang penasaran.
Anaya tidak menjawab dan hanya menatap Angga dengan mata yang cemburu. Devana merasa tidak nyaman dan memegang tangan Angga lebih erat.
"Ayo kita pergi," kata Devana dengan nada yang lembut. Angga dan Devana pergi meninggalkan Anaya, yang masih menatap mereka dengan mata yang cemburu.
Mereka berdua kemudian memutuskan untuk makan siang bersama di sebuah restoran. Saat mereka sedang makan, Anaya muncul kembali dan duduk di meja sebelah mereka.
"Aku tidak akan pernah menyerah," kata Anaya dengan nada yang dingin, sambil menatap Angga dan Devana. Angga merasa tidak nyaman dan khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Angga kepada Devana dengan nada yang penasaran. Devana hanya tersenyum dan memegang tangan Angga lebih erat.
"Kita akan menghadapi apa pun yang terjadi," kata Devana dengan nada yang yakin. Angga merasa sedikit lebih baik setelah mendengar kata-kata Devana.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama karena Anaya kembali melakukan sesuatu yang tidak terduga...