Dalam Ruangan Yang Sunyi setelah kata-kata dari Minami.
Salah satu dari orang-orang yang menahan napas mulai berdiri dengan Tergesa-gesa dan dengan keras mengatakan
"APAA..... Ahh, Maaf, Lucius..."
Segera setelah orang itu menyadari bahwa dia tidak sopan dihadapan Lucius, dia menunduk dan kembali duduk dengan tenang.
Lucius segera Menjawabnya, "Tidak Masalah Reinhardt Asmodeus... lanjutkanlah..."
Reinhardt, Orang yang tadi berteriak, mengangguk dan melanjutkan Kata-katanya, "Apa, Dunia Bawah Hyzolea ditemukan..."
Reinhardt Asmodeus, Memiliki Warna Rambut Coklat, dan Warna Mata Coklat, dia seringkali Berbicara Dengan Nada sopan didepan Lucius, tapi tidak didepan yang lainnya, kesopanannya hanya untuk Lucius, yang telah menyelamatkannya dari keputusasaan.
Saat Itu Lucius mengangguk, dan tersenyum tipis, matanya penuh dengan rasa percaya diri...
Gadis yang duduk di kursi paling ujung, tertawa kecil, dan mengatakan, "fufufu, Sepertinya salah satu misteri akan terpecahkan..." Dengan Nada Lembut.
Gadis itu bernama Nishimura Suzune.
Suzune adalah seorang gadis remaja mungil dengan rambut pendek berwarna lilak yang mencapai bahunya, dengan mata yang berwarna violet.
Suzune sering mengenakan seragam standar sekolah untuk siswi, yang terdiri dari blazer merah, kemeja putih, dasi kupu-kupu warna biru tua, rok putih dengan embel-embel hitam di bagian ujungnya, dan sepatu berwarna coklat tua, dengan aksesoris baret hitam, dan sepasang stoking putih setinggi paha.
Dia sering berjalan dengan tongkat, dan cukup pendek untuk usianya yang Enam Belas Tahun, yaitu Sekitar 139,4 cm, hal itu di karenakan penyakit jantung bawaannya.
Sikap Suzune membuat dirinya terlihat sebagai orang yang sangat dewasa dan bersifat lembut. Dia selalu menggunakan nada yang lembut saat berbicara dengan pihak lain, baik itu sebagai bentuk penghormatan, atau sebagai cara untuk memprovokasi lawannya.
Dia memegang buku kecil di tangannya.
Lucius Menjawabnya Dengan Senyuman Kecil, "Suzune jangan meremehkan tempat itu..."
Maka Saat itu Suzune Menjawabnya Dengan Nada Lembut, "saya tahu, namun itu tetaplah akan terpecahkan bukan..."
Lucius tersenyum tipis, "hehh, entahlah."
Saat Itu mereka semua, total ada sembilan orang, memulai rapatnya
----
Setelah Beberapa Jam Rapat, mereka sudah selesai rapat, saat itu Vaal menanyakan sesuatu, kepada Lucius.
"Lucius, Apakah menurutmu disana ada petunjuk. "
Lucius Menggelengkan Kepalanya, "Entahlah, mungkin saja ada petunjuk tentang Primordial One, Disana..."
Primordial One, sebuah Sesuatu yang sebelum aku Bereinkarnasi, aku telah beberapa kali mendengar Firmannya, tapi aku tidak tahu siapa dia. Jadi aku menamainya sebagai Primordial One, karena pada suara itu yang seperti mimpi, dia terasa seperti entitas Primordial Yang Benar-benar satu-satunya yang satu, sebagai Monad Tunggal, dan Pencipta Segalanya.
Saat Itu Aku berjalan menjauh, dan pergi berteleportasi, Leviathan sepertinya masih ingin bermain dengan Isis jadinya aku tinggal.
Aku kembali ke kamarku, kamarku yang si Markas ini. Hahhh, sudah lama tidak kesini. Sudah kisaran lima tahun ya...
JREKK!!!
Sebuah Suara kilat terdengar...
Apa Itu, aku Segera menatap sekelilingku, dan saat itu... seseorang berbicara dengan Gembira dan Ceria
"Yoo, Lucius kamu telah kembali, ahaha."
Aku kenal orang ini, dia Alicia Shalltear, kami memanggilnya sebagai Alice.
Aku Menjawabnya, "hahh, Alice Minggirlah, kalau kamu kangen kenapa tidak di ruang pertemuan saja bicaranya.'
Alice Menjawabnya Dengan Ceria, dan ambigu, "hahh, apa Maksudmu, Bukankah itu memalukan..."
Hahh, dia tidak salah sepenuhnya, aku juga akan repot kalau dia menunjukkan kemanjaannya di depan semua orang...
Aku mengatakan, "Jadi ada apa kamu kesini" dengan nada tenang.
Alice sedang di pundakku, dengan aku menggendongnya.
Alice memiliki rambut pirang Keemasan panjang bergelombang, dan mata biru indah yang tampak seperti safir halus dengan perawakan pendek dan tubuh ramping.
Dia adalah seorang gadis cantik yang bahkan bisa dikira sebagai boneka bisque. Pakaian normalnya benar-benar gelap dan pas di badan. Dia memiliki kantong di pinggulnya untuk menyimpan peralatan; meskipun anehnya paha kakinya yang sama terlihat. Dia Memiliki Tinggi Badan Sekitar 153 cm, dia biasanya memakai sebuah Topeng untuk menyembunyikan matanya, dia sedikit pemalu saat membiarkan mukanya dilihat orang lain.
Alice Menjawabnya Dengan Ceria, 'ahahahaha, aku kesini ingin memberikan surat ini..."
Surat... aku Segera Memegang surat itu, dan aku bingung...
Surat dari siapa ini... aku membacanya, dan isi dari surat itu adalah, "dalam kuil tersebut, adanya sesuatu yang mencurigakan, kasus pembunuhan atau kasus lainnya..."
Aku mulai berpikir, "Jadi kuil tersebut juga memiliki semacam penyembunyian informasi ya, sepertinya ini Sebuah misteri yang harus aki tangani, kalau ini soal kuil itu..."
Alice menatapku dalam diam, dan lalu ia berkata, "Lucius apa yang sedang kau pikirkan."
Aku Segera Menjawabnya, dan mengabaikan surat itu, "Tidak apa-apa..."
Aku Segera Mengelus-elus Kepala Alice. Alice terlihat keenakan saat dielus, dia emang terkadang kejam, namun Alice adalah gadis yang imut...
Baiklah, Sekarang Mari Kita Lihat, Apakah Hyzolea Menyimpan Sebuah rahasia yang besar, Hhm...
----
Di Sebuah Pantai, Cahaya Sore Dari Matahari Menyelimuti Pantai.
Dua Hari Telah Berlalu sejak kepergian Lucius ke Alam Semesta Ilahi, dan pelatihan semua Murid Dibawah Bimbingan Lugiel...
Aryuu Unknowlia yang sedang dilatih oleh Lugiel, mengayunkan pedangnya, Tebasan Demi Tebasan Ia lancarkan, namun Lugiel Hanya menangkisnya dengan Ranting rapuh...
Aryuu telah mengalami perkembangan, walau hanya sedikit perkembangan saja...
Aryuu Menebas Lugiel, dan saat itu Angin dari Tebasannya Sampai Membelah pasir, menciptakan lubang hasil Tebasannya, walaupun hanya sedikit yang tertebas, Aryuu masih terlalu lemah untuk sekarang.
Lalu dibelakang aryuu adalah lautan, saat itulah Lugiel akan menebasnya.
Lugiel mengayunkan Tebasannya, Efek Tebasan Tercipta, Dan Udara Bergetar, Angin Menjadi Tidak Stabil, dan laut terbelah sampai ke Kedalaman lautan.
Tebasannya Sepanjang 30 Kilometer, dan Sedalam 130 Kilometer Atau Bahkan Lebih Dalam. Itu hanya menggunakan ranting dan sedikit tenaganya.
Saat Itu Sebelum Tebasan Itu Dilancarkan Aryuu Segera Menghindar. Dan Untunglah Dia Selamat...
Aryuu Duduk Lemas Di Pasir...
Aryuu mengatakan Dengan Lelah, "Hahhh, Lelahnya..."
Lugiel Menjawabnya Tanpa Ekspresi Sama Sekali, "Baiklah, Cukup Sampai Disini..."
Saat Itu Aryuu Menjawabnya "Baik...", Dan Pergi Menjauh...
Sepertinya Sudah selesai Yah, Hm, Oh Iya Lucius Menitipkan Pedang Ini, Untuk Diberikan Pada Anak Itu Bukan...
Lugiel Mengatakan, "Aryuu..." Tanpa Ekspresi, dan nada Datar.
Aryuu Membalikkan Badan, dan mengatakan "Apa?"
Lugiel Mengeluarkan Sebuah Pedang Dari Ruang Imajinasinya, Dan Mengatakan "Ini, Pedang Ini Untukmu."
Aryuu Mendekat Dan Melihat Pedang Itu, segera Lah Dia Memegang Pedang Tersebut, Dan Dia Mengatakan "Whoa, Pedang Ini Bagus Sekali..."
Lugiel Segera Menjelaskan Hal Tentang Pedang Tersebut, "Nama Pedang Itu Exduria, Saat diaktifkan, itu mengubah energi magismu menjadi cahaya hitam yang kemudian dilepaskan sebagai gelombang energi yang sangat merusak. Meskipun tampak seperti fungsi ini, hanya ujung gelombang energi ini yang mampu menimbulkan kerusakan, karena sisa cahaya yang dipancarkan oleh Exduria adalah dislokasi dari semua yang telah dihancurkannya sepanjang pemancaran, Dapat Menebas Setiap kuantum dan atom setiap Objek, dan setiap Molekul keberadaan, dan Membelokkan Realitas hanya dengan tebasan pembelokkan"
Apakah aku sudah menjelaskannya dengan benar. Aku Sudah tidak pernah berbicara banyak setelah dilatih oleh Lucius.
Aryuu saat itu melihat-lihat pedangnya sambil tersenyum, sepertinya dia senang.
Lugiel Berpikir Dalam Hati, "Sebenarnya Kamu Ada Dimana Sih... Lucius..."
-----
Di Sebuah Kamar, Kamar Milik Lucius Varvatos, Lucius Duduk Di Atas Kasurnya, dengan Mengelus-elus Kepala Alice, yang tertidur Di Pangkuannya.
Lucius Berbicara Dengan Pelan, "Alice..."
Alice Menjawabnya Dengan Pelan, "Apa..."
Lucius Mulai Berbicara Lagi, "Apa Yang akan kamu lakukan jika kamu menemukan Misteri. "
Alice tersenyum tipis, "Hhm, Misteri Ya Itu Menarik, jika aku menemukannya maka aku akan memecahkan misteri itu..."
Lucius Tersenyum samar, lalu Berbicara Lagi, "Jadi Seperti Itu Ya... kalau begitu bagaimana denganmu."
Di belakang kami berdua ada sosok yang berdiri, di atas kasurku.
Sosok itu berbicara "Entahlah, tidak ada misteri bagiku, aku sudah mengetahui segalanya. "
Segera mengatakan itu sosok itu menghilang.
Alice Berbicara, "Dia Menghilang Lagi..."
Lucius Menjawabnya, "Hahh, Entahlah dia tidak pernah memberitahuku Tentang semua Misteri Dalam Semesta Ini."
Alice Memiringkan kepala dan Mengatakan, "Bukankah Kamu Bisa Memakai The Will of Omniscient."
Aku Menjawabnya, "Tidak, Mahatahu Dalam The Will of Omniscient Memiliki Batas, Dan hanya mengetahui hal yang sudah diketahui oleh makhluk yang berasal dari suatu dunia. Jika ada yang tidak diketahui oleh orang di dalam dunia, maka The Will of Omniscient Tidak akan mengetahuinya."
Alice Tertawa dan tersenyum Nakal, dan Mengatakan, "Hehe, Berarti Bukan Kemahatahuan Tapi Mendekati Kemahatahuan Saja Kan."
Lucius Segera Mengangguk.
Lucius Lalu Mengatakan, "Entahlah, Tapi Itu tidak penting, yang penting adalah tujuanku, kalau begitu..."
Aku Segera menarik Alice dan memeluknya.
Alice Berteriak, "EHH, APA, HEAHHKHH."
Kami Tidur Di kasur berhadapan, dan aku memeluknya dengan kencang.
Alice Mengatakan dengan panik, "Apa Yang Kamu Lakukan Lucius."
Lucius Menjawabnya, "Aku Hanya ingin tidur..."
TOK TOK TOK
Sebuah Ketukan Yang datang dari pintu masuk ke kamarku terdengar.
Lucius Menjawab Ketukan Pintu Itu, "Masuklah."
Dari Sana Masuklah Isis Remnant dan Leviathan.
Saat masuk Isis Berekspresi Seperti biasa. Namun berbeda dengan Leviathan Yang Sangat Terkejut.
"Ehh apa Lucius apa yang kamu lakukan dengan wanita itu?", Begitulah kata Leviathan.
Alice Terus Berusaha Untuk lepas dari pelukanku, "Hukmkkmm, kenapa ini susah sekali, hhyaehm, aku menyerah..."
Lucius menjawab perkataan Leviathan, "Aku hanya sedang tidur, karena aku melihat bantal guling, jadi aku Segera Memeluknya."
Alice kaget, dan mengatakan, "Apa kamu menganggapku sebagai Bantal Guling, Sialannnn" Alice Kembali Berusaha Melepaskan Diri. Dan saat itu dia berhasil lepas dari pelukanku. "Hyahhhh, Akhirnya Lepas Juga..."
Saat Itu Alice Berulang Kali memukul badanku, dengan kesal, mungkin karena aku menganggapnya sebagai bantal guling, jadi dia kesal... Entahlah.
Lalu aku Segera duduk kembali, di atas kasur, lalu berbicara, "Lalu apa yang membuat kalian berdua Kemari."
Leviathan menjawabku, "sekarang sudah beberapa hari kita berdua disini bukan, Bukankah Kita Harus kembali sekarang."
Isis tampaknya Berekspresi sedih. Hhmm, Baiklah.
Aku Segera mengatakan, "Baiklah kita akan kembali besok, dan Isis apakah boleh."
Isis Segera Menjawabnya Dengan Nada sedih, "Jika itu diinginkan oleh temanku... maka aku tidak akan melarangnya. "
Aku Segera berdiri, dan segera Mengelus-elus Kepala Isis, dan mengatakan "Tenanglah, sekarang aku akan lebih sering datang kesini."
Isis Saat Itu Terbelalak, laku setelahnya tersenyum cerah, "benarkah..."
Aku Menjawabnya, "Tentu Saja."
Isis terlihat sangat bahagia, "hehe, berarti aku hanya harus menunggumu, untuk Kemari ya.."
Aku Lalu Mengatakan, "Kalau begitu untuk sementara bermainlah dengan Alice ya."
Alice Sepertinya Sudah Pergi dari kamar ini.
Lalu aku kembali mengatakan, "Kalau begitu Ayo Kita pulang sekarang ke Villa Pribadi itu."
Leviathan Segera menjawab, "Baik..."
Setelah berpamitan dengan yang lain aku Segera pulang bersamanya.
-----
Di Sebuah lautan yang tampak tak berujung, sebuah portal muncul.
Transdimensional Space Tercipta.
Saat Itu dua sosok muncul. Mereka adalah Lucius Varvatos dan Leviathan Yang baru saja kembali, dari Markas World of Mystery.
Saat Sudah melangkah keluar dari portal. Disanalah Lucius mengatakan "Lugiel..."
Maka di waktu itulah Segera muncullah sosok Lugiel, Lalu Lugiel Mengatakan dengan datar. "Lucius ya, kamu sudah kembali."
Lugiel selalu datang dalam nol detik saat dipanggil oleh Lucius dengan niat untuk ketempat Lucius Berada, dan hal itu bersifat Mahahadir...
Aku Segera Menjawabnya, "Benar, Aku Sudah kembali, bagaimana situasinya saat ini."
Lugiel Segera menjawab, "teman-teman telah mencapai perkembangan yang pesat. Namun anak itu sepertinya hanya mendapatkan perkembangan yang sedikit, lebih tepatnya lambat."
Aku Segera mengangguk, "Jadi Seperti Itu Ya. Baiklah aku paham."
Lalu aku, Leviathan Dan Lugiel Segera Berjalan bersama menuju Villa, saat berjalan kami Berbincang-bincang.
Di Ruang makan, di dalam Villa, semuanya sedang makan, dan saat itu Lucius, Leviathan, Dan Lugiel masuk.
Semuanya Menatap kearahku. Lalu Velanesa Segera mengatakan, "A... Lucius kamu sudah kembali."
Aku Segera Menjawabnya, "iya, aku sudah kembali."
Setelahnya Aku Segera Melihat anak laki-laki yang tidak aku kenal, namun aku sepertinya pernah melihat wajahnya, ahh ya aku ingat itu anak yang... oh iya benar si malapetaka yang lemah.
Terserahlah, tidak penting juga.
Laviela tersenyum lembut, dan memberi perintah pada pelayan, "pelayan Segera hidangkan makanan terbaik untuk mereka bertiga yang baru saja bergabung. "
Lalu Pelayan mengangguk. Dan mulai menyiapkan makanan untuk kami bertiga..
Setelah dihidangkan kami pun makan bersama, sampai kenyang.
-----
— To be continued