Celis Von D'e VS Suo Diha dimulai dengan tembakan bola api kecil yang diciptakan dari jari telunjuk Suo, bola apinya yang meluncur sangat cepat itu masih bisa dihindari oleh Celis meski beberapa ada yang mengenainya.
Entah apa yang dipikirkan Celis saat itu, ini adalah pilihan yang sangat tidak masuk akal. Walau terlihat lebih tenang tapi Celis tidak bisa memprediksi serangan bola api milik Suo.
Beberapa menit sebelumnya, di momen saat Celis datang, Hella syok menjadi patung saat itu, dalam pikirannya sendiri berbicara.
"APAAN DIA GUNAKAN KEKUATANKU DIDEPAN BANYAK ORANG GINI!!!"
Shintia bertanya pada Hella.
"Janji apa kamu dengannya?"
"Eh? Janji apaan aku gatau."
"Yang digunakan Celis tadi, kekuatanmu kan?"
"Ah...gatau kebetulan waktu pemberian kekuatan kami berdua sama-sama dikasih dengan orang yang sama waktu itu."
"Iyakah?"
Hella menutupi paniknya, mengangguk-angguk kepalanya meyakinkan Shintia.
"Ohh~"
Shintia percaya dengan apa yang diucapkan Hella lalu lanjut menonton, Hella syok parah dengannya sampai-sampai ingin pingsan karena ditanya tentang soal itu.
Hella bicara dalam pikiran.
"Dia bodoh apa tolol sih? Aku malu banget sampai ketahuan."
Saat ini, Celis belum memberikan serangan apapun ke Suo sampai-sampai membuat Suo muak dengannya yang terus menghindari meski banyak yang mengenainya namun menurut Suo itu hal yang membosankan.
Suo menggenggam bola api kecilnya lalu tiba menghilang, Suo tiba-tiba datang dari atas depan dekat Celis, melayang dengan gaya ingin memukul.
Celis terkejut tapi dia mencoba untuk mengontrol dirinya supaya tidak panik, Celis menekan kakinya membuatnya melompat mundur mencari jarak.
Sialnya, Suo tidak memukul namun menendang samping dengan keras kepalanya Celis hingga membuatnya terpental jauh, berguling-guling ditanah.
Suo mendarat lalu berlari kencang lagi menerjang Celis. Celis menghindar kiri kanan setiap satu persatu pukulan dan tendangan yang dilepaskan.
Tangan Celis tidak terus berada di gagangnya tapi tidak menariknya membuat hal itu merasa janggal.
"Takutkah kamu dek?"
Perut Celis dipukul, Dada ditendang membuatnya terpental, muka dipukul-pukul bertubi-tubi namun tetap saja ekspresinya yang serius itu membuat Suo muak, seolah-olah dia konsentrasi tinggi tapi dia tidak bisa menghindari semua serangan dari Suo.
Suo sekuat tenaga mengepal tinjunya, memutar tubuh dan mengayunkan lengan membentuk lengkungan.
Celis melihat gerakan itu dengan cepat meluncur mundur dan menebas dari jarak 2 meter dengan sangat cepat sehingga ia tampak hanya menghunus dan menyarungkan kembali Pedang Sumitsu. Sebuah Pusaran abu-abu muncul dari Suo yang didalamnya tak terhitung tebasan yang menebas tulang tulangnya mengabaikan kulitnya.
Celis mengulanginya sebanyak tiga kali berturut-turut. Suo yang terkena gerakannya itu merasa tidak berpengaruh padanya.
"Apa pedangmu tumpul? Mau ku asahin?"
Celis tidak menghiraukan ucapannya.
Shintia bingung lalu bertanya kepada Hella.
"Hel, apa yang dilakukan Celis dari tadi?"
Hella mengangkat bahunya berkata.
"Aku juga gatau."
Disamping Mitha ada laki-laki yang berambut mangkok terlihat tidak percaya apa yang dia lihat tadi tiba-tiba berdiri sambil mengatakan.
"Gilaa...!!! Kok bisa?!!"
Hella menatap aneh dengan orang itu.
"Apa ngenai?"
Dia menoleh balik ke Hella bertanya.
"Hah?"
Hella menjawab kembali.
"Apa maksudmu menyebutnya gila?"
Dia duduk kembali sambil menjelaskan.
"Teknik pedang tadi, Teknik yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan kecepatan yang tinggi. Kalian tadi liatkan, tak terhitung tebasan yang dikeluarkan sampai-sampai membentuk pusaran dan bahkan dia terlihat hanya menarik sedikit pedang lalu mengembalikan sarungnya doang."
Mitha memotong membicarakan mereka.
"Aku kemarin latihan pedang dengan kak Celis, sama seperti yang kamu bilang Indra. Waktu itu, dia menaruh beberapa botol minum yang didalamnya satu batu yang lumayan besar. Lalu tatapan mata serius dengan konsentrasi penuh kemudian dia memotong botolnya dengan cepat sampai-sampai menciptakan pusaran berwarna abu-abu yang sama seperti tadi, meski dia bisa memotong botolnya namun dia gabisa motong batu didalamnya. Kak Celis terus mencoba dan mencoba namun tetap saja gabisa."
Indra bertanya kepada Mitha.
"Terus kenapa dia mencoba lagi padahal berhasil?!"
Shintia menjawab.
"Kayaknya dia mau memotong inti dalamnya tanpa merusak luarnya."
Indra tidak mengerti lalu menanggapi.
"Hah?!"
Shintia menjawab.
"Mungkin, Botol adalah kulit dan batu adalah organ. Celis menargetkan organ dalamnya dan mengabaikan kulitnya"
Hella masih tidak paham dengan pernyataan mereka dari tadi dan menanyakannya kembali.
"Jadi? Emang itu tadi Teknik apaan?"
Indra menjawab.
"Dia meniru teknik itu dari Game, salahsatu ciptaan Capcom. Aku lupa nama gamenya tapi itu adalah teknik iconik yang digunakan antagonis game tersebut,Judgement Cut!"

Hella berkedip-kedip cepat lalu bertanya lagi dengan nada datar.
"Gitu ya, jadi kamu siapa?"
Indra tidak menyadari bahwa dia lupa memperkenalkan dirinya.
"Ah iya aku lupa, Aku Indra Putra, teman kelasnya Mitha."
Kembali ke pertarungan, Suo kembali menyerang dengan beberapa pukulan juga tendangan dan diakhiri dengan pukulan terkenal juga mematikan dikalangan karate yaitu pukulan oi zuki chudan. Lakukan kuda-kuda menghadap lurus ke arah lawan, Langkahkan kaki tumpu depan dengan panjang lalu Luncurkan pukulan kuat, keras, dan berat ke depan. Menargetkan uluh hati Celis.
Celis yang terkena gerakan itu muntah darah dan melayang meluncur kebelakang disaat yang sama dia hampir kehilangan kesadaran.
Shintia yang panik melihatnya berteriak.
"Celis....!!!!"
Penonton bertepuk dan bersorak meriah.
Celis sedikit kesusahan untuk berdiri kembali setelah menerima serangan mematikan itu.
Suo berjalan menghampirinya.
"Perasaan kemarin sok kuat dah? kok tiba-tiba lembek nih?"
Celis berhasil berdiri namun posisi tangannya masih memegang gagang pedangnya.
"Kenapa kamu masih menjaga posisi itu?"
Celis tak menjawabnya lagi lalu Melakukan hal yang sama yaitu dengan cepat meluncur mundur dan menebas dari jarak 2 meter, teknik Judgement Cut terus dilakukan.
Suo yang menerimanya merasa tidak berdampak, berjalan dengan kepercayaan diri yang tinggi menghampiri Celis, Celis juga demikian yang terus mundur mencari jarak sampai tepat pada jarak 2 meter, Celis terus melakukan teknik Judgement Cut sampai 6 mengulanginya.
Celis berlutut karena sudah melakukan Judgement Cut sebanyak 9 kali dan merasa lelah, akhirnya Celis melepas tangannya dari pedang.
Celis berbicara pada dirinya sendiri dalam pikiran
"Aku udah gabisa pakai teknik itu lagi, teknik itu boros stamina sama tenaga ku. Aku gabisa pakai itu terus-terusan. Selama 8 menit tadi aku baru gunakan 9 kali, Padahal waktunya sisa 2 menit aku malah ngos-ngosan juga babak belur demi riview teknik favorit. Ya....Sebentar lagi, dia tau rasanya kena serangan favoritku."
Celis bangkit kembali berdiri tegak, dengan keadaan yang ngos-ngosan, Celis memberikan senyuman seringainya membuat Suo sedikit terpancing emosi.
"Bentar lagi kalah ngapain masih berdiri?"
Celis tertawa kecil.
"heh~, Yakin?"
Suo menerjang maju kedepan memberikan beberapa pukulan dan tendangan keras, Celis bertahan dan menghindari serangannya meski ada yang mengenainya.
Celis mundur mencari jarak lalu kemudian Suo terbang ke atas, melayang. Mengangkat kedua tangannya keatas menciptakan bola api hijau besar yang menutupi setengah dari lapangan.
Penonton bersorak meriah mendukung Suo. Berteriak memanggil namanya "Suo" berkali-kali.
"Makan noh nih bola api!!!!"
Suo menurunkan tangannya, bola api hijau besarnya mulai mendarat.
Para menonton semakin heboh, satu stadion bilang.
Woooooooowwwwwww.....!!!!!!!!!!
Tapi kehebohan itu hanya sementara. Seorang pria berambut pirang, bermata coklat, berpakaian gaya seperti yang dikenal sekarang Skena datang entah dari mana.
Muncul tepat dibawah Bola api hijau, menodong Shotgun ke bola api lalu mengucapkan.
"Gluttony bullet."
Shotgun berubah menjadi merah maroon, menekan pelatuk lalu tak memakan waktu panjang, peluru itu seolah-olah memakan Bola api hijau besar tersebut lalu hilang begitu saja. Suo dan Celis terkejut dengannya.
"Bola apiku hilang?!"
Lalu dia jatuh ketanah kemudian berdiri tegak menghadap ke Celis dengan tatapan yang mengerikan sambil mengucapkan.
"akhirnya aku ketemu denganmu, Celis Von D'e."
Celis melihat orang itu lalu matanya melebar.
"Jangan menggangguku, Ferra."
"Iyakah begitu?"
Menodong Shotgun arah Celis, Celis menatapnya dengan tatapan mata tajam. Membuatnya sedikit muak.
"Apa maksud?"
Ferra menembak perut Celis, membuat perut Celis berlubang-lubang.
"Glutt lite bullet."
Celis tidak bisa menahan rasa sakit yang luar biasa, dia berlutut kemudian jatuh pingsan di depan Ferra. Ferra menodong lagi ke kepala Celis namun, leher Ferra di borgol leher yang di selimuti petir dan jarum-jarum di dalamnya, terkena sedikit jarumnya membuat sedikit luka kecil di leher Ferra.
"Hoki."
Ferra kemudian menghilang tiba-tiba tanpa jejak.